Mohon tunggu...
Winaau
Winaau Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psystud

Belajar, healing, belajar, healing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Edukasi Psikologi Bencana: Autisme and Disaster

14 Januari 2022   14:26 Diperbarui: 14 Januari 2022   15:39 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karena itu, tingkat stres dan kecemasan orang tua serta kesulitan yang dialami oleh anak-anak termasuk namun tidak terbatas pada masalah perilaku dapat saling memperburuk selama pandemi.

Di sisi lain, beberapa situasi terkait Covid-19 dapat ditangani dengan lebih mudah oleh beberapa anak dengan ASD dan keluarga mereka. Kepatuhan yang lebih tinggi terhadap aturan dan rutinitas dan keengganan sosialisasi dan kontak fisik pada individu dengan ASD dapat memfasilitasi langkah-langkah kebersihan yang diamanatkan seperti sering mencuci tangan atau menghindari kontak fisik dengan orang atau permukaan. Risiko kelebihan sensorik dapat diturunkan karena anak-anak akan lebih jarang keluar rumah karena tindakan pengurungan di rumah. 

Dalam studi kualitatif terbaru mereka pada anak berkebutuhan khusus, yang mayoritas memiliki ASD, dan orang tua mereka, Asbury et al. menemukan bahwa sebagian kecil peserta melaporkan beberapa dampak positif dari karantina, seperti tidak mengalami tantangan rutinitas sehari-hari seperti pergi ke sekolah atau tempat umum lainnya atau kecemasan bersosialisasi dengan orang lain. Namun, kekuatan terkait ASD untuk menangani langkah-langkah Covid-19 ini cenderung terbatas dan tidak mengimbangi tantangan yang muncul.

Berdasarkan pengamatan klinis kami bersama dengan laporan dan temuan sebelumnya, kami telah melakukan salah satu studi paling awal sejauh pengetahuan kami tentang efek perubahan kehidupan terkait Covid-19 pada individu dengan ASD. Kami berhipotesis bahwa individu dengan ASD akan memiliki pemahaman yang buruk tentang Covid-19 dan tindakan terkait. 

Hipotesis kedua kami adalah bahwa gejala ASD mereka dan masalah perilaku terkait, sensitivitas sensorik, dan pola tidur akan memburuk selama pandemi. Hipotesis terakhir kami adalah bahwa tingkat kecemasan pengasuh mereka akan meningkat selama pandemi.

Upaya Untuk Membantu Autisme Dalam Menanggulangi Bencana

Anak autis lebih bergantung pada orang lain dalam kondisi darurat, ketergantungan terhadap orang lain serta minimnya kemampuan dalam menghadapi bencana ataupun musibah kerap menimbulkan anak autis menjadi pasif serta pasrah terhadap orang, permasalahan tersebut yang membuat mereka rentan menjadi korban. Maka perlu adanya tindakan untuk menolong anak autis dalam menyelamatkan diri. Ada pula upaya untuk membantu autism dalam menanggulangi bencana adalah:

  • Pemerintah: memberi perhatian dalam bentuk bantuan baik materil dan fasilitas seperti sandang, pangan dan papan sementara waktu sampai keadaan pulih. Dan memenuhi segala kebutuhan seperti dapur umum, wc umum, dan tenda darurat.
  • Masyarakat: memberikan penguatan, perhatian dan perlakuan yang sama kepada seorang autism tersebut agar ia tidak merasa terasingkan atau merasa beda.
  •  Intelek: memberikan dukungan moril berupa bimbingan khusus, penyuluhan, dan arahan atau berbagai upaya yang dapat memberikan rasa penenang dan penghilang trauma pasca bencana.

Upaya Untuk Membantu Autisme Dalam Memitigasi Bencana

Selanjutnya memitigasi bencana pada seseorang dengan autisme harus dimulai dari anak anak yakni dengan memberikan program kurikulum edukasi terkait bencana di sekolah luar biasa.  Salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi risiko bencana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang harus diintegrasikan dalam program pembangunan, termasuk bidang pendidikan. 

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak secara jelas menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam mengurangi resiko bencana Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa Indonesia rentan terhadap bencana Namun  Pengetahuan tentang pengurangan bencana belum secara khusus diintegrasikan dalam kurikulum Indonesia. (Indriasari et al., 2018)

Pendidikan kesadaran bencana dapat dilakukan sejak dini melalui pendidikan kesiapsiagaan bencana di sekolah sehingga anak-anak dapat mengetahui cara-cara untuk menghindari mereka dari bahaya saat terjadi bencana. Pendidikan kesadaran bencana dapat dimulai pada usia sekolah dasar karena menurut teori Piaget, anak pada usia ini berada pada fase operasional konkrit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun