"Kamu ke sini malah curhat. Ayo berangkat." Instruksinya tiba-tiba.
"What? Aku tak siap. Gamisku santai. Kerudung instan. Kan niatnya cuma silaturahim ke sini." Ujar Lathifah memelas. Berusaha menyelamatkan diri dari jebakan tak terduga.
"Tunggu." Uni Eswil melenggang ke dalam. Sejurus kemudian, ia keluar dengan pakaian semi formal dan kerudung segi empat di tangan.
"Ganti bajumu di kamar Salsabila," ujarnya sembari menyerahkan pakaian itu.
Lathifah melongo. "Tapi Uni?"
"Cepat Lathifah. Nanti terlambat. Suara tegasnya keluar."
Tak sempat membantah, Lathifah ngebut ganti pakaian dan langsung berangkat. Hahaha. Begitulah. Sejarah serupa kerap berulang dengan sengaja. Namun Lathifah tak pernah kapok konsultasi dan berkunjung ke tempat beliau. Walau tau akan senantiasa dijerumuskan ke jalan kebaikan. Begitu istilah yang kerap dipakainya.
Semula tak nyaman. Kadang kesal melintas. Ingin menolak. Keringat dingin bercucuran setiap kali digiring ke medan yang tak diharapkan. Dipaksa melangkah tanpa persiapan. Kerap mengeluh dan protes. Tapi tetap mematuhi arahan.
Seiring waktu berlalu, yang dulunya terpaksa kini terbiasa. Skill public speaking terasah. Kreatifitas berkembang. Permintaan dadakan tak lagi terasa mengerikan.
Kesempatan yang dulu kerap ditolak mentah-mentah, kini membawa berkah. Kepercayaan dirinya kian tumbuh. Jaringan meluas. Pundi-pundi rupian perlahan menggemuk. Bahkan, kini ia menjadi andalan di lingkungan kerjanya.
Lathifah kerap tersenyum sendiri.