Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saksi Bersuara, Preman Bersimpuh

31 Januari 2025   22:08 Diperbarui: 31 Januari 2025   22:30 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyali Baja.dokpri.Herlin Variani

“Bapak/Ibu, tolong tegas. Yang tak punya hak, jangan izinkan masuk. Ayo lanjutkan.”

Lathifah kembali melangkah tegas ke posisi duduknya semula. Penghitungan suara kembali berjalan. Seusai acara, panitia mendekatinya.

“Mohon maaf, Bu. Kami di sini cuma menjalankan tugas.”

“Sama-sama. Tapi besok, penghitungan suara harus sesuai jadwal yang ditetapkan.”

Lathifah menggeleng-geleng kepala. Kenapa ia diminta jadi saksi di daerah rawan ini? Tapi ya sudahlah. Saat hendak pulang, ia mendekati bapak pengantar snack.

“Ada apa?” tanyanya.

“Barengan kita pulang, Pak,” ujar Lathifah yang bergegas mengikutinya.

Tahukah kalian? Sebenarnya, Lathifah takut. Hahaha. Gayanya garang, tapi hati berdebar. Wajar, kan? Ia perempuan. Ia tak punya kerabat pejabat seperti yang tadi ia isyaratkan.

Keesokan harinya, saat tanda tangan administrasi, semua dokumen diperlihatkan pada Lathifah terlebih dahulu. Para saksi lain menunggu dengan patuh. Rupanya, Lathifah ini teliti. Catatan perhitungan suaranya rapi. Bahkan ada foto papan perhitungan suara sebagai bukti otentik. Tak ada yang berani macam-macam padanya. Saksi lain baru berani menandatangani setelahnya.

Seorang ibu mendekat. “Kenapa seberani itu membela caleg? Dia bukan siapa-siapa, kan?”

Lathifah tersenyum jahil. “Aku dibayar mahal, Bu. Lihat, service excellent kudapatkan. Konsumsi datang sebelum waktunya, snack dua kali, ditambah jus. Yang lain mana ada begitu. Taka da kulihat.” Ia mengangkat bahu dan mencibir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun