"Ibuuu... Tolong aku!"
Teriakan itu melengking, bersaing dengan gemuruh air yang menggila. Lathifah terombang-ambing dalam arus deras, tubuhnya terseret, terhantam batu-batu besar. Air sungai menyelinap ke tenggorokannya, menyesakkan dada.
"Ibuuu... Tidaaak!"
Maut seperti berdiri di tepi, menanti giliran. Sebuah batu besar semakin dekat, siap menghantam kepala Lathifah. Di detik genting, tangan kuat menarik tali yang melilit tubuhnya. Dengan tenaga penuh, ia diseret ke tepi. Napas tersengal, tubuh gemetar.
Namun, alih-alih bersyukur, amarah Lathifah meledak.
"Kenapa kau menyentuhku?! Aku bukan perempuan murahan!"
Teman yang memberi bantuan tercengang. Kaget luar biasa menerima bentakan. Bukannya ucapan terimakasih karena telah menyelamatkannya dari bahaya.
"Aku cuma menarik tali, bukan menyentuhmu," jawabnya hati-hati.
Tapi Lathifah sudah terlanjur bergejolak. Tangannya mengepal, matanya membara. Ia menendang batu, menghardik semua orang. Teman-temannya lebih shock melihat amukannya daripada menyaksikan arus yang dating tanpa diundang.
Senior memberi isyarat.
"Menjauh. Biarkan dia tenang."