Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Balada Pembelajaran Tatap Muka Pasca Corona di Zona Nyaman

30 November 2020   19:19 Diperbarui: 30 November 2020   20:04 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengawali tahun ajaran baru, tanggung jawab kelas satu kembali mendarat dipundak saya. Menurut pimpinan dan rekan sejawat, saya sangat cocok berada di sana karena memiliki naruni keibuan yang sangat tajam. 

Disinilah dilema yang dihadapi kian meningkat. Saya diserahi tanggung jawab sebagai wali kelas satu sekolah dasar. Bukan kelas satu SMP atau pun SMA. 

Saya menghadapi siswa-siswi yang baru akan memulai mengecap pendidikan di sekolah formal. Jika ada diantara mereka yang sempat memasuki taman kanak-kanak, itu pun hanya sekadar singgah. Karena pandemi covid-19 mempersingkat jadwal tatap muka mereka di taman kanak-kanak.

Jadilah semuanya seolah diawali dari nol. Laksana praktik pengisian BBM di pertamina. Angka covid menurun. Kami diizinkan bertemu siswa dalam waktu yang lebih lama. Dengan jadwal tetap dua kali sepekan. 

Kami diizinkan menemui siswa untuk dibimbing secara bergantian. Mirip tempat praktik dokter dengan sistem antri.

Yang mengundang gelak tawa di sini, tak hanya siswa yang dibimbing. Namun Ayah Bunda yang mengeluhkan anak-anak mereka pun harus kami ayomi. Keluhan Ayah Bunda seolah tak pernah reda. 

Bahkan tanpa sungkan memarahi buah hati di hadapan guru. Meluapkan kesedihan dan kekecewaan terhadap ananda yang menolak bimbingan belajar ala orangtua di rumah.

Salah satu dari sekian banyak orangtua siswa kelas satu mulai angkat tangan. Menyampaikan keluh kesah terkait ananda yang sama sekali tak mau belajar. Bahkan beliau marah dan membanding-bandingkan anaknya dengan siswa lain.

Sebagai guru, saya mencoba menjadi penengah. Serta menyampaikan, semua siswa dalam area sekolah dan di waktu kegiatan sekolah berlangsung merupakan anak guru. Mereka berada dalam tanggung jawab penuh  gurunya. Ayah Bunda tak diizinkan memarahi mereka saat itu.

Bahkan saya menyampaikan luka yang hadir dalam jiwa. Melihat siswa menerima kemarahan di hadapan mata. Walau kemarahan itu datang dari orangtua. 

Tak lupa kami sampiakan pada orangtua, kunci utama sukses dalam mendidik buah hati adalah kekuatan doa. Saya hadiahi beliau buku Parents Smart untuk Ananda Hebat karya saya sendiri. Berharap itu bermanfaat untuk beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun