Apalagi jika terucap dari lisannya:
"Ayah ibu, apa lagi yang harus kulakukan agar akau mendapat ridhamu?"
Saya doakan anak-anak kita semua, anak saya dan anak anda bisa anak-anak yang demikian. Allahumma Amiin. Masyaallah, tabarakallahu.
Namun, apa daya hari ini?
Masih ada orang tua yang harus menjerit mengingatkan anak untuk melakukan ini itu. Mengulur sabar atas sanggahan mereka. Menepis  wajah merengut ketika anak tak segera berngkat saat disuruh sesuatu.
Tak apa sahabatku semua. Mendapat anak Qurrota a'yun memang perjuangan.
Bukankah jika Allah berkehendak, Allah mampu jadikan anak semua langsung sholih sholihah. Menurut pada ortu tanpa membantah.
Namun, dimana bagian pahalamu? Dimana bagian bekalmu memasuki surga Allah?
Indahnya hasil itu semakin lezat saat melalui jatuh bangun perjuangan.
Terasa perih dan lelah saat melakukan, namun setelahnya terasa manis. Bahkan, manis selamanya saat mengenang.
Ibarat pergi naik gunung. Berasa beratnya, amat sangat berat. Berjalan kaki hingga pegal dan kram. Sering terantuk batu hingga kuku memar bahkan terlepas. Belum lagi cuaca tak menentu hujan badai dan angin kencang.Â
Hawa dingin membekukan darah. Ketinggian yang membuat nafas tersengal. Lebih mengerikan saat bertemu binatang buas atau sekadar lintah hitam penghisap darah.
Belum lagi jika terperosok ke jurang. Ooh, tidak!
Namun, saat sampai ke puncak. Lunaass terbayar sudah semua lelah. Gembira bahagia melihat keindahan alam dan kebesaran sang Pencipta.Â