Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Coretan Dinding Anak dalam Sebuah Ruang Kebebasan

15 Januari 2020   20:31 Diperbarui: 16 Januari 2020   05:25 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Wikipedia, "Kebebasan secara umum dimasukan dalam konsep dari filosofi politik dan mengenali kondisi di mana individu memiliki kemampuan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya."

Jadi benar, kebebasan rupanya hidup berdampingan dengan keinginan. Di mana seseorang butuh sebuah ruang untuk melakukan tindakan. Dalam sebuah kebebasan akan ditemukan pula kebenaran. Jikalau tak terdapat pengekangan. Kiranya proses belajar kan bergulir seiring pertambahan usia seseorang.

Coretan dinding hanyalah gambaran dari sebuah ruang kebebasan. Anak-anak dalam masa perkembangan tentu berada pada area yang diliputi rasa "penasaran". Hingga seketika timbul "keinginan". Yang harus segera diaktualisasikan. Anak tentu akan menemukan jati diri yang menjadi pegangan. Yang mana akan mereka temukan dalam sebuah ruang kebebasan.

Ketika anak menggoreskan satu, dua, hingga beragam coretan. Saat itulah mereka tengah menikmati kebebasan yang begitu menyenangkan. Mereka akan berpikir mengenai nikmatnya hidup tanpa ada yang melarang. Tak pula ada beban yang disandang.

Lihatlah, guratan senyum pun candaan kerap terlontar. Bersamaan dengan tangan yang menoreh aneka bentuk karya yang tersebar. Seketika dinding berubah warna pun rupa. Sungguh pemandangan yang tak biasa namun terasa istimewa.

Mengapa harus dinding? Nah, ini pertanyaan menggelitik selanjutnya. Benarkah dinding adalah media yang cukup menarik? Sehingga sayang jika tak dilirik. Sekalipun sudah disediakan media lain yang unik. Tetaplah dinding menjadi tuju utama yang cukup asik.

Seorang psikolog, Tubagus Amin Fa, SPsi, CTL, CH, CHt, Cl mengatakan, "Anak-anak lebih asyik saat menggambar di dinding. Kenapa? Karena saat menggambar di dinding, mereka (merasa) ikut terlibat di dalam kisah yang mereka gambarkan. Melalui bidang yang lebih luas, mereka lebih bebas menggambar dan masuk ke dalamnya." (Idea Online, Senin 31 Desember 2018)

Dari adegan yang diperlihatkan dua balita kecilku, awalnya mereka berada pada area yang aman, yaitu melakukan aksi coretan di atas kertas yang disediakan. Namun ternyata gerak mereka sungguh terbatas. Dan akhirnya dindinglah yang jadi target selanjutnya.

Bagi mereka, dinding merupakan media yang cukup luas untuk dijangkau dengan tangan mungilnya. Di sini aku mencoba memahami. Betapa dinding bagai media lukis yang jika ditoreh tak akan habis ruang.

Luas, lebar, pun tinggi. Tak mungkin diraih semua sisi oleh anak usia dini. Tentu ada bagian yang masih lengang dari jangkau pandang. Bagai berada di tengah arena yang cukup lapang. Ini sungguh mengasyikkan.

Cobalah bertanya pada beberapa orangtua. Di manakah anak mereka akan bahagia melukis pun menulis? Meski sebagian dari jawaban bisa saja tak sama. Namun sebagian lagi tentu akan menjawab serupa, "Anakku suka banget mencorat-coret dinding rumah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun