Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Coretan Dinding Anak dalam Sebuah Ruang Kebebasan

15 Januari 2020   20:31 Diperbarui: 16 Januari 2020   05:25 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia memang belum pandai menulis dengan baik dan benar. Hanya berusaha untuk memperbaiki cara penulisan. Tak mengapa. Kubebaskan. Satu garis, dua garis. Hingga melukis beberapa baris. Menarik.

Tetiba tangannya terhenti di ujung kertas. Rupanya yang tersisa hanya tinggal beberapa ruang terbatas. Matanya mulai ke kiri dan kanan. Ahay sesaat kemudian dia pun membalik badan. Bergerak menyingkir dari kertas yang sudah terbatas. Ke manakah?

Wah, rupanya tangan tak pernah kehilangan pemikiran. Dindinglah yang jadi sasaran kemudian. Cerdas. Ini tentu akan menambah pekerjaan. Mengecat, pun membersihkan. Kugelengkan kepalaku sembari kusapu kedua bola mata. Tak percaya. Dalam sekejap seluruh ruang terisi beragam coretan.

"Ibuuuu," teriakan itu sungguh memekakan telinga.

"Aku sudah membuat karya lo," anakku menghampiriku dengan bangga.

"Apa itu?" pertanyaanku seakan sudah terjawab oleh gerak badan yang dilakukan. Dia memang tak pernah buat kerapian pun kebersihan. Aku sudah berangan apa yang dilakukan.

Benar saja. Hasil karya yang luar biasa istimewa. Hingga seluruh dinding dari ruang tamu, kamar, dan tengah sudah berganti warna pun rupa. Garis lurus, miring, bergelombang, bahkan lengkungan tak beraturan, telah berhasil terpampang dengan gamblang.

Gerak yang sungguh cekatan. Dalam waktu sekejap ruangan telah terganti karya nan rupawan. Saat itu hanya mata yang berbicara. Aku tak tau harus berbuat apa. Dua pasukan kecil hanya tertawa. Seakan puas dengan hasil yang tercipta.

Sejenak aku duduk dan berpikir. Kalau mainan berantakan masih bisa kubereskan. Nah, kalau coretan dinding macam begini mana bisa aku bersihkan dalam waktu bersamaan? Mustahil kulakukan. Aku hanya bisa mengurai senyuman. Rupanya inilah yang dinamakan ruang kebebasan.

Jika ada yang kembali bertandang, lalu berpikir demikian, "Ini emaknya gak pernah ngajari aturan." Hmmm. Benarkah demikian? Haruskah aku mencari pembenaran? Apakah ini adalah sebuah kesalahan yang harus dibenarkan?

Aku rasa semua pertanyaan itu hanya ada satu jawaban. Bukan soal aturan yang tak diberlakukan. Hanya saja anak-anak butuh sebuah "ruang kebebasan". Ya, kebebasan untuk mengaktualisasikan keinginan. Orangtua hanya sebagai pengamat dan pengawas agar kebebasan tak melampaui batas aturan. Bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun