Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenang Jejak Petualang di Lereng Gunung Slamet

14 Januari 2020   01:17 Diperbarui: 14 Januari 2020   07:42 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : travel.kompas.com

Pipa raksasa ini merupakan peninggalan Belanda. Pipa menuju DAM yang dibangun pada masa yang sama. Terdapat di ujung dekat jalan setapak yang lebih menanjak. Merupakan pemandangan langka yang tak biasa. Menakjubkan.

Pipa raksasa PLTA Ketenger peninggalan Belanda. Sumber : aroengbinang.com
Pipa raksasa PLTA Ketenger peninggalan Belanda. Sumber : aroengbinang.com
Apalagi ketika duduk pada anak tangga tertinggi, terlihat sehampar permadani hijau yang begitu memukau. Seolah menuai tanya, apakah kita kan merasa berbangga jikalau di depan mata terdapat balutan yang lebih indah, dari apa yang menjadi keindahan yang selama ini digenggam?

Kiranya tak ada nikmat yang kan terdustakan. Sebab Tuhan tlah mengatur sebaik-baik keindahan. Dan manusia diharap mampu mensyukuri nikmat yang diberikan.

Selanjutnya, saat menuruni anak tangga, satu demi satu kiranya hati diliputi kekhawatiran. Mengingat kondisi yang begitu curam. Akankah selamat sampai batas akhir yang menjadi tujuan?

Di sini kita belajar menjaga diri hingga mencapai dasar yang menjadi tuju abadi. Cobaan tentu saja merupakan cambuk yang harus dihadapi. Jika ingin sampai pada masa yang Dia ingini.

Nah, sampailah pada sehampar sabana. Di sebelah kiri tersanding Bukit Cendana. Dia menyapa, sudah lelahkah raga kita? Hingga titik dimana akhir belum dijumpa. Kiranya hijau mampu melindungi. Dan lelah raga berhasil dilewati.

Lanjut kembali menemukan sesuatu di ujung harapan. Di antara puing DAM (kolam tando) PLTA yang terbentang air tenang. Di sanalah kesegaran disuguhkan. Bagaimana saat sebuah perjalanan yang tentu menuai penat. Kemudian ditemu satu tempat yang memikat. Hati sudah pasti tertambat.

DAM (kolam tando) PLTA Ketenger. Sumber : aroengbinang.com
DAM (kolam tando) PLTA Ketenger. Sumber : aroengbinang.com
Menikmati semilir angin pun genang air tenang yang menuai kesegaran. Kiranya bisa sejenak meletak lelah sesaat. Berteman pemandangan alam yang begitu menebar pikat.


Ya, tak terasa kita sudah mulai berada di ketinggian yang cukup lumayan. Dimana sehampar alam terurai bak negeri di atas awan. Kiranya lelah diri tak dirasai. Terbalas pesona luar biasa yang mampu membuat lupa diri.

Setelah siap, lanjut kembali menyusuri aliran air menuju jalan setapak berikutnya. Nah, kali ini rute lebih mengundang uji nyali. Dimana hanya berbekal mawas diri. Hutan lebat menjadi sahabat. Pun kanan kiri jalan mulai terjal dan menuai jurang yang cukup curam.

Aliran air menuju jalan setapak ke Pancuran Tujuh. Sumber : hexatography.blogspot.com
Aliran air menuju jalan setapak ke Pancuran Tujuh. Sumber : hexatography.blogspot.com
Nyanyian merdu penghuni hutan mulai menggoda alam pikiran. Tentu menambah syahdu ingatan perjalanan. Naik dan terus naik, jangan coba lihat ke belakang. Atau di samping yang sudah pasti terhampar jurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun