Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Trik Melawan "Bosan", Sebuah Penelusuran Pemikiran

5 Januari 2020   03:24 Diperbarui: 5 Januari 2020   20:28 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibuu aku bosan!!!" teriakan sulungku terdengar kembali dari balik pintu.

Genap sepuluh hari dia menjalani masa karantina. Semenjak cacar air melanda. Tak kuperbolehkan berinteraksi langsung dengan siapa pun jua. Jikalau dia merasa bosan, wajar. Kerap merajuk agar diperbolehkan keluar kamar. Kasihan. Namun harus kupertahankan demi kebaikan.

Wajahnya begitu murung. Bingung. Tak banyak yang bisa dilakukan dalam ruang terbatas pandang. Sebagian anggota badan berusaha melampaui batas kamar depan.

Rupanya dia sudah tak tahan. Terkurung dalam ruang sungguh tak nyaman. Ingin keluar dan bermain bersama teman. Tentu sangat dirindukan. Namun dia harus bertahan. Dan bosan menjadi momok yang begitu sulit dilawan.

Lalu bagaimana aku membujuk supaya dia bisa lebih bersabar, dalam situasi bosan yang tak bisa dihindar? Ya, berbagai benda kesukaan aku siapkan. Pun makanan kegemaran aku hidangkan. Bacaan idaman tak lupa ku sajikan. Demi tercipta suasana nyaman. Namun bosan tetap tak mampu dielakkan.

Bosan! Satu kata sederhana ini begitu menggelitik. Hingga kerap mengusik pendengaran.

Menurut KBBI, "Arti kata bosan adalah: sudah tidak suka lagi karena sudah terlalu sering atau banyak; jemu."

Ya, bosan memang satu keadaan dimana satu hal terlalu kerap dialami. Atau terjadi dalam durasi waktu yang tak terhitung jari. Bosan rupanya mengintai hingga merasuk dalam diri. Hinggap tak kunjung lenyap, jika tak segera dilawan dengan sigap. Bisa berubah menjadi penyakit hati yang sulit disingkap.

Bosan tak bisa dicegah oleh siapa pun jua. Kecuali diri kita yang berusaha melawannya. Sebab ini merupakan perang batin yang kerap muncul dalam situasi tak nyaman. Akibat rutinitas yang terjadi dalam jangka yang tak bisa ditentukan. Atau kerap mengalami satu hal seragam hingga terbentur rasa bosan.

Jika sudah demikian, hanya diri kita lah yang mampu melawan. Hingga terhenti dan tak mengotori ruang pemikiran. Jangan sampai menjadi duri yang menyakitkan.

Jika diri tak melakukan tindakan, maka bosan akan tetap bersarang. Entah hanya sebatas mengendap dalam alam bawah sadar. Pun terungkap hingga keluar. Yang pasti mengurai bosan sebaiknya terus dilakukan, agar tak terjebak bagai terkungkung dalam sangkar.

Siapa pun bisa mengalami bosan. Terutama jika dihadapkan pada rutinitas keseharian yang seragam. Ditambah situasi tak menyenangkan dalam durasi waktu yang tak singkat. Sungguh butuh energi tuk mengurai penat. Kiranya bosan menjadi bagian yang sulit dilewat.

Seorang ibu rumah tangga. Setiap hari berjibaku dengan urusan dapur, pun berbagai peralatan tempur. Sedari pagi hingga menjelang tidur. Rasanya hanya itu-itu saja yang diukur. Bosan. Tentu saja tak hanya sekali merasa. Bahkan hinggap kapan dia suka. Tersebab apa yang dihadapi tak bervariasi. Hingga bosan tak sanggup bersembunyi.

Guru, karyawan, hingga petani. Mereka bekerja dalam area yang tak berpindah dari satu sisi. Setiap hari dihadapkan pada pekerjaan pun bertemu dengan orang yang tak berganti. Bosan, tak ayal kan menghampiri. Apalagi dengan rutinitas yang tak bisa dihindari. Kiranya bosan tak sanggup berlari dari kejaran diri.

Jika sudah begini, hanya ada dua pilihan. Memelihara atau melawan. Saran orang bijak, tentu sebaiknya bosan jangan terlalu lama dipelihara. Sebab akan berkembang menjadi penyakit hati yang lebih istimewa. Apakah kita ingin mengalaminya? Tentu tidak bukan.

Ada baiknya bosan kita lawan semampunya. Meski bukan hal yang mudah dilakukan. Namun sebaiknya diusahakan. Agar suasana hati bisa kembali nyaman. Dan rutinitas tak terganjal gangguan penyakit bernama "bosan". Sepertinya ini akan menjadi hal yang lebih menyenangkan.

Pikiran menjadi tenang. Pekerjaan pun akan lebih cepat diselesaikan. Indahnya jika kita bisa melawan "bosan". Yuk, kita coba bersama sama dari sekarang. Pastinya lebih mengasyikkan jikalau kita bisa menemukan senjata untuk melawan "bosan".

Nikmati

Langkah pertama kita coba nikmati rutinitas kita sehari hari. Sulit? Tentu. Namun apa salahnya dicoba. Bayangkan, kita berada dalam satu kendaraan. Yang berjalan berkeliling area persawahan. Hijau. Ya, sangat menyejukkan bukan?

Anggap apa yang sedang kita lakukan setiap hari adalah kemudi yang membawa diri berkeliling menikmati permadani hijau nan menyejukkan. Nikmatilah. Jika perlu pejamkan mata. Rasakan kesegaran air pun semilir angin.

Atur nafas hingga pikiran kembali dingin. Ketika kita membuka mata, rasakanlah. Betapa menyenangkan hari hari kita. Hingga energi baru seolah siap menempuh tugas kenegaraan di depan mata. Maka tunggu apalagi. Nikmati rutinitas sehari hari selagi kita masih diberi kesempatan tuk menikmati. Yakin bosan seketika terlupakan.

Syukuri

Langkah berikutnya, kita coba mensyukuri nikmat yang diberikan. Jika kita mengingat Tuhan, tentu tak bisa mengelak, mengenai nikmat mana yang kan kita tolak. Termasuk nikmat kesempatan merasakan udara segar. Ketika kita terbangun, dari balik jendela tersapa sang fajar.

Dia telah mengutusnya untuk menemani sebagai pembuka hari. Menyambut rutinitas dengan pijakan istimewa. Apakah kita sanggup mengingkarinya? Tentu tak kan banyak kata. Hanya terucap syukur pada-Nya. Akan nikmat pagi yang begitu luar biasa.

Pagi diciptakan agar kita senantiasa terbalut kebahagiaan. Setelah dimatikan sesaat dalam mimpi semalam. Kiranya pagi membangunkan raga untuk kembali meraih tongkat kesyukuran. Masihkah kita sanggup mengusung rasa "bosan", di tengah rutinitas yang di anugerahkan? Mari sama sama kita renungkan.

Bangkit

Langkah selanjutnya. Coba kembali untuk bangkit. Ya, jika kita terlanjur terlilit rasa bosan. Bangkitlah. Jangan menyerah. Anggap di depan kita adalah sehampar lautan yang harus kita seberangi. Tak mungkin kita akan berdiam diri. Atau maukah kita tenggelam dalam keresahan yang kita ciptakan? Tentu tak akan ada manusia yang mau terkubur dalam kerugian.

Maka bangkit adalah jalan terbaik. Jikalau ingin kesuksesan. Gunakan sampur keberanian. Seberangi lautan dengan bekal keyakinan. Pasti dan yakin bisa! Seketika bosan akan sirna. Terganti cahaya semangat yang menemani sepanjang menjalani rutinitas sehari hari. Tak percaya? Mari kita coba bersama.

Lakukan yang Terbaik

Next. Do the best. Ini adalah pemikiran positif berbenih semangat menyala. Selayaknya kita coba.  

Jika kita kembalikan kepada tujuan manusia diciptakan, tentu supaya menjadi yang terbaik untuk kehidupan bukan? Lalu apakah kita rela menodai dengan hal yang tak layak kita lakukan? Pasti akan berpikir ulang dengan pemikiran yang demikian.

Jika rasa bosan mulai menyerang, mari lakukan yang terbaik untuk kehidupan. Yakin semua akan terbentang jalan. Jikalau kita bersungguh-sungguh serta meluruskan niat demi kemaslahatan. Maka kita kan temukan yang terbaik pula untuk sebaik baik jalan yang kita lakukan. Percayalah, rasa bosan akan terganti dengan semangat menuju kebaikan.

***

Barangkali itu hanyalah sebuah penelusuran pemikiran untuk melawan rasa bosan. Jikalau ada manfaat boleh dicoba. Namun jika tak berkenan sila dilipat saja.

Aku pun kerap dilanda bosan. Lagi lagi karena aku hanyalah manusia biasa. Meski begitu aku pun sedang berusaha untuk melawan, agar hidup menjadi lebih indah dan menyenangkan.

Manusia hanya bisa berencana. Namun Tuhan sudah pasti penentu segala. Keep semangat ya!

Sumber referensi https://jagokata.com/arti-kata/bosan.html

Niek~
Jogjakarta, 5 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun