Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lagu Kasih Ibu, Lukisan Cinta yang Tak Pernah Semu

22 Desember 2019   06:44 Diperbarui: 22 Desember 2019   06:47 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Klick.Berita.com

Siapa tak kenal lagu Kasih Ibu? Sewaktu kecil ibu kerap melantunkannya untuk kita. Dengan nada lembut membelai kepala. Sembari mengalirkan energi cinta yang luar biasa.

Ketika tlah jadi ibu, kita lantunkan kembali untuk anak kita, dengan cara yang sama. Penuh makna cinta yang tak terbatas rasa. Begitulah lagu Kasih Ibu turun temurun diwariskan. Hingga kini tak terlupakan. Terlukis dalam bingkai keabadian.

Ya, begitu indah judulnya, serta mudah diingat tiap untaian larik larik yang tercipta. Lagu karya SM. Mochtar ini memang teramat sederhana. Hanya terdiri dari beberapa larik saja. Namun begitu sarat makna. Seolah tak lekang meski masa terus saja meraja.

Sedari kita masih kanak kanak, remaja, hingga menjadi orang tua. Seolah lagu ini masih merdu dilantunkan. Tak bosan tuk didengarkan. Tak pula tenggelam oleh pergantian jaman.

Lagu yang mengingatkan pada sosok ibu. Seakan ikut andil terpupuknya kecintaan anak pada sang ibu. Bernada sendu mendayu meluruhkan rasa rindu pada ibu kian menggebu.

Kesederhanaan larik membuat lagu ini begitu mudahnya dinikmati dan disemat dalam alam pikir anak. Bahwa ibu adalah pribadi yang terhebat. Cintanya begitu nyata bagai pancaran sang surya sepanjang masa.

Pada 22 Desember, kita peringati sebagai hari istimewa para ibu. Dimana seluruh penjuru berpadu memberi penghargaan terhadap sosok manusia mulia bernama "Ibu". Lalu apa hubungannya dengan lagu Kasih Ibu?

Memang benar tak ada hubungannya antara peringatan dengan lagu. Aku hanya merasa lagu ini begitu mewakili segala rupa lukisan tentang ibu. Lukisan yang tak kan dilupa hingga mungkin ibu telah meninggalkan dunia.

Seperti yang aku alami. Hampir sepuluh tahun kulewati. Hidup tanpa sosok ibu yang mengiringi. Dan untuk bertemu kembali, sudah tak mungkin lagi.

Meski aku merasa ibu masih tetap disampingku. Namun aku sadar beda dunia membuat jarak yang terbentang tak lagi dekat. Yang tersemat hanya kenangan begitu lekat dalam ingat.

Rindu. Sudah tentu aku sangat rindu. Barangkali lagu Kasih Ibu ini bisa mengobati rasa rinduku pada ibu. Yang telah membesarkanku dengan kasih sayang yang tiada batas. Memelihara dengan tulus ikhlas. Memberi tanpa mengharap balas. Begitulah jasa ibu tak terhingga. Kasih ibu tak terukur masa.

Maka pada kesempatan istimewa ini ijinkan aku mengulik sedikit mengenai larik larik indah dalam lagu Kasih Ibu. Sebab menurutku lagu ini memiliki kekuatan tersendiri tentang seorang ibu.

Walau pun hanya beberapa larik kata. Namun terasa begitu sarat makna yang terlukis nyata. Harapanku, semoga kecintaan kepada ibu kian bertambah walau mungkin raga tlah terpisah.

Baik kita mulai saja dari larik yang pertama.

"Kasih ibu, kepada Beta tak terhingga sepanjang masa..."

Larik ini begitu jelas melukiskan cinta yang tak terjeda masa. Tak ada yang menghalangi cinta seorang ibu. Apapun yang terjadi serta di mana pun berada. Kasih ibu tak tergoyahkan, tetap kokoh bertahan.

Meski seiring berjalannya masa bergulir. Begitu banyak rintangan bak air mengalir. Namun cinta berhasil menembus ruang dan waktu. Tak pernah habis termakan sembilu. Ibu setia bertahan menatap harap demi hari depan sang buah hati. Tersebab kasih ibu begitu abadi meski masa beranjak menjauhi.

Begitulah larik pertama bercerita. Barangkali bisa menjadi pengingat kita. Cintailah ibu selagi masih bisa menggapai jemarinya. Sebagaimana ibu pun mencintai anaknya hingga tutup usia.

Mari lanjut larik berikutnya ya.

"Hanya memberi tak harap kembali..."

Ini jelas melukiskan keikhlasan hati seorang ibu. Dimana cinta tak harap balasnya. Memberi tak harus menerima. Begitulah catatan ibu berkata. Begitu tulus, cintanya tak pernah pupus. Meski tergerus roda dunia. Namun putarannya tak kan tergulung masa.

Salut dengan peranan seorang ibu. Apalagi di luar sana, begitu banyak sosok ibu yang luar biasa. Menopang beban keluarga. Dengan jemari yang sungguh perkasa. Tak ada ibu yang rela anaknya terlunta.

Meski harus mengais cerita, dengan hati baja menerima pahit manis dunia. Demi memberi yang terbaik bagi keluarga tercinta. Tentu saja dengan hanya memberi tanpa harap kembali.

Nah itulah senandung yang dilantunkan oleh larik kedua. Kiranya kita bisa belajar mencintai ibu dengan ketulusan hati. Seperti halnya ibu yang mengasihi dengan sepenuh cinta abadi. Ikhlas tanpa mengharap balas.

Yuk lanjut lagi larik yang terakhir.

"Bagai sang surya menyinari dunia."

Seperti halnya mentari, memendarkan cahaya kemuliaan. Begitu nyata tak tertutup semburat kegelisahan. Meski adakalanya sinar itu meredup, Namun yakin semangatnya tak kan surut.

Begitu pula dengan cinta ibu. Terlukis nyata dan tak kan berubah semu. Di tengah deru dunia yang mungkin menuai ragu. Namun cahaya kemuliaan begitu jelas dipancarkan. Tersemai dalam sinar keabadian. Saat sang surya menyinari dunia. Kasih ibu berpendar menyelimuti ruang cinta.

Seperti itulah kasih ibu begitu nyata. Bak pancaran sang surya menerangi semesta. Semoga kita bisa belajar pula, mencintai ibu dengan cahaya kemuliaan. Sebagaimana ibu menyayangi kita dengan sinar keabadian.

******

Demikianlah larik larik lagu Kasih Ibu menguntai rasa sarat makna. Mengalun mengiringi selaksa cerita penuh kasih setia. Melukiskan cinta yang tak pernah semu. Nyata terlihat di antara puing puing waktu.

Pada hari ibu, kiranya menjadi salah satu momen tepat. Untuk mengingat kembali kisah bersama ibu yang sudah berpulang. Semoga meninggalkan kenangan dunia dengan tenang. Dan yang ditinggalkan senantiasa merajut doa terindah serta membingkai rindu. Meski terbatas pada bilik tunggu.

Bagi yang masih terbalut kasih ibu di dunia. Semoga dimudahkan untuk senantiasa berbakti melewati sisa usia dengan lukisan penuh warna. Sebagaimana cinta ibu yang tak pernah semu. Nyata hadir hingga dunia berakhir.

Selamat Hari Ibu. Teruntai salam hangat bagi seluruh ibu dimana pun berada. Semoga sehat selalu dan tetap semangat menyemai cinta pada lembar nyata.

Niek~
Jogjakarta, 22 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun