Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lagu Kasih Ibu, Lukisan Cinta yang Tak Pernah Semu

22 Desember 2019   06:44 Diperbarui: 22 Desember 2019   06:47 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Klick.Berita.com

Maka pada kesempatan istimewa ini ijinkan aku mengulik sedikit mengenai larik larik indah dalam lagu Kasih Ibu. Sebab menurutku lagu ini memiliki kekuatan tersendiri tentang seorang ibu.

Walau pun hanya beberapa larik kata. Namun terasa begitu sarat makna yang terlukis nyata. Harapanku, semoga kecintaan kepada ibu kian bertambah walau mungkin raga tlah terpisah.

Baik kita mulai saja dari larik yang pertama.

"Kasih ibu, kepada Beta tak terhingga sepanjang masa..."

Larik ini begitu jelas melukiskan cinta yang tak terjeda masa. Tak ada yang menghalangi cinta seorang ibu. Apapun yang terjadi serta di mana pun berada. Kasih ibu tak tergoyahkan, tetap kokoh bertahan.

Meski seiring berjalannya masa bergulir. Begitu banyak rintangan bak air mengalir. Namun cinta berhasil menembus ruang dan waktu. Tak pernah habis termakan sembilu. Ibu setia bertahan menatap harap demi hari depan sang buah hati. Tersebab kasih ibu begitu abadi meski masa beranjak menjauhi.

Begitulah larik pertama bercerita. Barangkali bisa menjadi pengingat kita. Cintailah ibu selagi masih bisa menggapai jemarinya. Sebagaimana ibu pun mencintai anaknya hingga tutup usia.

Mari lanjut larik berikutnya ya.

"Hanya memberi tak harap kembali..."

Ini jelas melukiskan keikhlasan hati seorang ibu. Dimana cinta tak harap balasnya. Memberi tak harus menerima. Begitulah catatan ibu berkata. Begitu tulus, cintanya tak pernah pupus. Meski tergerus roda dunia. Namun putarannya tak kan tergulung masa.

Salut dengan peranan seorang ibu. Apalagi di luar sana, begitu banyak sosok ibu yang luar biasa. Menopang beban keluarga. Dengan jemari yang sungguh perkasa. Tak ada ibu yang rela anaknya terlunta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun