Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gunungkidul, Dahulu Kekurangan Air Kini Rawan Banjir

7 Maret 2019   20:33 Diperbarui: 8 Maret 2019   07:09 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa bangunan menjadi korban di Kecamatan Nglipar, 6 Maret 2019. Foto : dokumen grup WhatsApp

Jembatan Bailey Gelaran yang dibangun pada Desember 2017. Foto : dokumen pribadi pada tahun 2018.
Jembatan Bailey Gelaran yang dibangun pada Desember 2017. Foto : dokumen pribadi pada tahun 2018.
Benar saja, awal tahun ini hal serupa terjadi lagi. Kemarin, Rabu 6 Maret 2019, banjir kembali menerjang. Hujan yang terjadi tak berjeda. Hingga Kali Oya meluap dan menenggelamkan beberapa rumah warga. Bahkan mengakibatkan tanah longsor di beberapa wilayah yang memiliki struktur tanah labil sehingga tak kuat menahan debit air yang begitu hebat.

Kali Oya meluap Rabu 6 Maret 2019. Foto : dokumen grup WhatsApp.
Kali Oya meluap Rabu 6 Maret 2019. Foto : dokumen grup WhatsApp.
Gedangsari dan beberapa desa di Kecamatan Nglipar yang mengalami dampak banjir dan tanah longsor yang cukup lumayan. Beberapa sekolah tergenang air, beberapa keluarga terpaksa harus mengungsi ke tempat yang aman. Aktivitas terhenti hingga dipastikan air surut kembali. Hingga saat ini belum ada korban jiwa. Hanya kerugian harta benda. Yang dialami beberapa keluarga. Gunungkidul kembali berduka.

Beberapa bangunan menjadi korban di Kecamatan Nglipar, 6 Maret 2019. Foto : dokumen grup WhatsApp
Beberapa bangunan menjadi korban di Kecamatan Nglipar, 6 Maret 2019. Foto : dokumen grup WhatsApp
Aku hanya bisa termangu. Memandang gawai dengan informasi pilu. Sungguh membuatku berpikir. Bahwa alam ternyata bisa berubah pikir. Semula kerap membuat gersang, kini menyapa dengan luapan air yang menghanyutkan.

Rupanya kita tak bisa menerka. Alam yang digenggam-Nya begitu menggoda namun sekaligus bisa menghadirkan duka mendalam. Larut kesedihan belum kunjung padam, seketika dihentak dengan duka baru yang tak mampu terpendam.

Beberapa bulan lalu aku terpana dengan keindahan alam Kali Oya. Yang sempat aku nikmati dari Jembatan Bailey dan aku tulis dalam sebuah artikel Jembatan Bailey Gelaran Gunung Kidul, Keindahan Alami Belum Tersentuh Teknologi. 

Kini aku mendapat informasi dari keluarga lewat layar gawai, jembatan itu hampir tenggelam Rabu malam. Beruntung tak dihanyutkan oleh derasnya air yang begitu hebat dan dasyat. Merupakan pemandangan yang begitu berbeda dengan beberapa bulan silam.

Jembatan Bailey Gelaran hampir tenggelam Rabu malam, 6 Maret 2019. Foto : dokumen grup WhatsApp.
Jembatan Bailey Gelaran hampir tenggelam Rabu malam, 6 Maret 2019. Foto : dokumen grup WhatsApp.
Meski alam tak selamanya bersahabat, namun kiranya alam kan segera kembali memikat. Keindahan alam Gunungkidul merupakan wajah yang begitu indah. Aku yakin alam kan kembali merekah ditengah damai hati yang ramah.

Barangkali kita hanya perlu memiliki stok sabar dan syukur yang lebih banyak. Untuk menghadapi alam jikalau sedang tak bersahabat. Menjadikan duka sebagai bagian dari syukur sungguh merupakan hal yang dimuliakan.

Jika dahulu Gunungkidul kerap kekurangan air, Alhamdulillah sekarang sudah kelebihan air. Berlebih bahkan rawan banjir. Namun kiranya kita tetap harus mensyukuri keindahan alam Gunungkidul yang teramat istimewa tuk diingkari keberadaannya. Sembari memikirkan langkah antisipasi agar semakin siap dalam menghadapi alam jikalau sedang tak bersahabat.

Untuk keluarga dan sahabat di Gunungkidul, semoga duka segera menuai suka. La tahzan, innallaha ma'ana. Jangan bersedih, sesungguhnya Dia bersama kita. Karena alam yang digenggam-Nya sejatinya adalah sahabat setia. Yakinlah kita pasti senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Niek~
Jogjakarta, 7 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun