Rupanya kita tak bisa menerka. Alam yang digenggam-Nya begitu menggoda namun sekaligus bisa menghadirkan duka mendalam. Larut kesedihan belum kunjung padam, seketika dihentak dengan duka baru yang tak mampu terpendam.
Beberapa bulan lalu aku terpana dengan keindahan alam Kali Oya. Yang sempat aku nikmati dari Jembatan Bailey dan aku tulis dalam sebuah artikel Jembatan Bailey Gelaran Gunung Kidul, Keindahan Alami Belum Tersentuh Teknologi.Â
Kini aku mendapat informasi dari keluarga lewat layar gawai, jembatan itu hampir tenggelam Rabu malam. Beruntung tak dihanyutkan oleh derasnya air yang begitu hebat dan dasyat. Merupakan pemandangan yang begitu berbeda dengan beberapa bulan silam.
Barangkali kita hanya perlu memiliki stok sabar dan syukur yang lebih banyak. Untuk menghadapi alam jikalau sedang tak bersahabat. Menjadikan duka sebagai bagian dari syukur sungguh merupakan hal yang dimuliakan.
Jika dahulu Gunungkidul kerap kekurangan air, Alhamdulillah sekarang sudah kelebihan air. Berlebih bahkan rawan banjir. Namun kiranya kita tetap harus mensyukuri keindahan alam Gunungkidul yang teramat istimewa tuk diingkari keberadaannya. Sembari memikirkan langkah antisipasi agar semakin siap dalam menghadapi alam jikalau sedang tak bersahabat.
Untuk keluarga dan sahabat di Gunungkidul, semoga duka segera menuai suka. La tahzan, innallaha ma'ana. Jangan bersedih, sesungguhnya Dia bersama kita. Karena alam yang digenggam-Nya sejatinya adalah sahabat setia. Yakinlah kita pasti senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.
Niek~
Jogjakarta, 7 Maret 2019