Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Belajar Menulis Esai, Tak Harus Menunggu Pandai, Benarkah?

1 Maret 2019   21:54 Diperbarui: 2 Maret 2019   00:10 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian saya serahkan naskah tersebut kepada beliau. Dan ternyata, benar adanya tulisan saya itu termasuk jenis esai. Saya terdiam. Padahal tulisan itu sudah begitu lama, bahkan saya sendiri lupa kapan menulisnya. Yang jelas saat itu saya tak tau menahu tentang jenis apa tulisan saya itu.

Apalah saya ini menulis hanya menulis saja, tak mengerti ilmunya. Maklum emak ya beginilah adanya, hanya sekedarnya. Tak apalah.

Yang penting apa yang saya bagi adalah hal yang berguna, telah cukup kiranya. Dalam tulisan tersebut saya mencoba mengulik motivasi dari balik sebuah pohon yang tumbuh di halaman rumah tetangga. Begitu sederhana. Namun sangat menggoda pikiran saya. Kemudian saya tuang dalam beberapa larik rangkaian kata. Dengan nafas yang tentu sangat sederhana. Mengalir begitu saja tanpa tau jenis apa tulisan itu.

Diluar dugaan ternyata tulisan itu diterima sebagai salah satu tulisan pada sebuah buku kumpulan esai. "Mripat". Buku usungan Bpk. Achmad Saifullah Syahid, dkk. Yang terbit beberapa bulan silam. Merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi saya menjadi satu bagian dari beberapa senior kenamaan.

dokumen grup Mripat
dokumen grup Mripat
Sebuah tulisan awam bersanding dengan tulisan hebat dengan karakter kuat, adalah hal yang tak terkata. Sungguh bahagia tak terkira, bagi saya yang berstatus pemula. Terimakasih telah memberi kesempatan kepada saya, dengan tulisan yang alakadarnya.

Meski hanya sebuah saja, namun berjuta makna saya terima. Pengalaman yang memberi banyak pelajaran sarat manfaat. Ternyata menulis esai tak harus menunggu pandai. Ah kiranya saya telah menemukan jawabannya.

Esai. Rupanya begitu mudah dan menarik. Jikalau kita bisa mendalami setiap larik hingga bait kata dengan seksama. Hanya sekedar mengulik hal sederhana yang ada di sekitar kita ternyata bisa diangkat menjadi sebuah tulisan esai penuh makna. Sepintas terlihat rumit namun ternyata tak begitu sulit. 

Dengan sentuhan opini yang tak harus bagus, yang penting sarat makna dan berguna bagi sesama. Nafas yang dihembuskan pada rangkaian memuat desahan motivasi dan semangat berbagi. Kiranya itu yang membuat cinta saya tertambat disini. Esai, begitu indah, berbagi opini mengurai isi hati, hingga tercipta harmoni seni dunia literasi. Ah saya pun pada akhirnya ketagihan menulis esai. Hahay.

Dunia menulis begitu ramah. Siapa pun bisa menulis dan membagi kisah. Tak harus sempurna, hanya berbekal kemauan tanpa harus menunggu kemampuan. Ilmu bisa dicari kemudian.

Kiranya semua bisa kita raih dengan proses pembelajaran. Jangan takut jikalau menemui kesalahan, bahkan tantangan. Karena mereka berdua ini justru merupakan guru yang dinantikan. Mengapa demikian?

Bagi saya kesalahan bukan merupakan musuh bebuyutan yang harus dimusnahkan. Justru kehadirannya memunculkan motivasi menuju perbaikan. Biarkan dia hadir di tengah proses pembelajaran. Menjadikannya sahabat, yakin bisa jadi penguat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun