Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Nak, Nek, Menabung di Bank, Perencanaan Terbaik, Juga Dijaga LPS dan Geng Marvel!

15 Mei 2016   23:21 Diperbarui: 16 Mei 2016   08:58 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar mengeja komik, celengan coin-a-chance harus selalu didekat, maklum, setiap hari digonclang, sepertinya dari suaranya hafal jumlahnya hehe..
Belajar mengeja komik, celengan coin-a-chance harus selalu didekat, maklum, setiap hari digonclang, sepertinya dari suaranya hafal jumlahnya hehe..
Anak saya, dengan celengan koin-nya saya ajarkan untuk berhemat, membeli dengan menabung. Karena kita mengajarkan untuk menabung. Juga dia siap dengan tabungan sendiri di Bank, dikala umurnya sanggup, misalnya nanti semacam tabungan “junior” pada saat dia Sekolah Dasar tahun depan.

Saya bilang, kalau masih suka nabung di celengan kaleng dan ngga di Bank sampai kamu tua, nanti cepat peot kayak Buyut (Ibu-nya nenek, bagi anak saya).

Memang, soal menabung, soal ketidakpastian. Anak saya menabung di celengan, karena merasa pasti ada duitnya dia bunyikan, sesekali. Konclang-konclan, bunyi receh-nya. Nenek saya pun, merasa lebih “Aman” duitnya “berada disisinya”. Tiap hari bisa dibuka dan dihitung. Aman.

Padahal, risiko besar, misalnya kebakaran seperti yang dialami. Atau, kemalingan. Lalu, kalau di Bank, apakah aman? Nenek saya merasa nggak. Duitnya ilang, gak keliatan.

Hmm.. kalau soal ngga bisa dilihat, ada print out buku tabungan, sudah saya jelaskan. Nah, kalau tiba-tiba keuangan kolaps, alias Bank tempat kita nabung bangkrut, misalnya, duit kita apakah ludes ya? Tiba-tiba saya kepikiran.

Soal Perencanaan : Apa dan Mengapa LPS

Untungnya, saya mendaftar kegiatan Nangkring Kompasiana bersama LPS singkatan dari Lembaga Penjamin Simpanan. Hmm, nama yang unik dan seperti apa sih lembaga ini. Menjamin simpanan? Wah simpanan seperti apa?

 Saya disuguhkan video singkat mengenai kiprah LPS dan bagaimana LPS membantu masyarakat agar termotivasi menabung di Bank. Karena aman dan terjamin. Di Film, beberapa tokohnya adalah pengusaha. Mulai Warung kelontong hingga pedagang batik di pasar.

Acara yang sangat bermanfaat ini menghadirkan perencana keuangan, yaitu Satrio Wicaksono, Assistant Financial Planner Tatadana dan Pak Samsu Adi Nugroho, Sekretaris Lembaga Penjamin Simpanan. Moderator kali ini adalah Nurul.

pak Wisnu, sekretaris LPS mencerahkan kompasianers yang hadir tentang LPS, sementara di kiri Pak Satrio dan sebelah kanan Mas Nurul memperhatikan
pak Wisnu, sekretaris LPS mencerahkan kompasianers yang hadir tentang LPS, sementara di kiri Pak Satrio dan sebelah kanan Mas Nurul memperhatikan
Bertempat di Midtown Bistro, Jakarta Selatan, dua pembicara paparkan dua hal yang berkaitan. Pertama, soal merencanakan keuangan untuk masa depan yang lebih baik, tentu dari Pak Satrio, dan lebih dalam mengenal LPS yang dibawakan oleh ahlinya, Pak Samsu. 

Mendengarkan pemaparan soal perencanaan keuangan, saya teringat nenek saya. Cerita kebakarannya, duit logam yang hitam dan yang kertas ludes. Apalagi, di film itu profil-nya sama seperti nenek saya. Ndeso, Sibuk jualan saja, nyimpen duit cash, dan merasa ke Bank jauh, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun