Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbankan Syariah: Sama Bagusnya, Sama Lengkapnya, Sama Modern-nya, Lebih Filosofinya!

8 Mei 2016   23:03 Diperbarui: 9 Mei 2016   15:05 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang bisa mendahului takdir. Itu jelas. Tuntunan agama saya, Islam,mensyaratkan dengan lugas pula, keharusan beriman kepada Qada dan Qadar. Dalam bahasa umum, beriman kepada adanya suratan takdir, kurang lebih. Sedangkan Qada dan Qadar itu sendiri sudah se-paket, dan di-imani satu paket, sebagai rukun iman ke 6 bagi umat Islam.

Semua yang terjadi kemudian, adalah merupakan Keputusan, kehendak, ketetapan dari Allah. Memang tak dapat menjamin, baik hidup mati, sakit, rejeki, jodoh, musibah. Semua yang ada hanya bisa kita perkirakan, dan kita antisipasi dengan melakukan sesuatu saat ini. 

Menabung, juga merupakan hal antisipatif dan juga bernilai simpanan untuk dimanfaatkan dimasa depan ketika dibutuhkan.

Kata Benjamin Franklin, tak ada yang pasti di dunia ini kecuali pajak dan mati. Hal ini jelas terkait masalah keuangan (bayar pajak) dan masalah antisipasi musibah (kematian contohnya).  Pun kita sepakat, walaupun mati itu pasti, namun kapan kita mati tak ada yang tahu. 

Bagian dari ketetapan Allah itu sendiri, dan tak bisa kita ubah barang satu detikpun atau satu pengganti pun. "…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”[Al-Ahzab/33 :38]

Untuk itu, mengamankan masa depan bagi kita adalah yang krusial. Mulai dari perencanaan pendidikan anak, pensiun, hingga cita-cita ke bertamu ke rumah Allah. Sepakat?

Inilah mengapa artikel ini membahas tentang keuangan syariah. Ini soal keuangan, dan ini soal syariah sebagai landasan pengelolaan keuangan itu. Bukan soal membandingkan, tapi soal sama bagusnya, lengkapnya, modernya. Persamaan yang kita cari, bukan perbedaan. 

Nilai tambah, adalah keunggulan, bukan perbedaan. Ini yang membuat mengapa kita harus ber-keuangan syariah!

Pendekatan Syariah Bukan Perdebatan Syariah

Syariah, juga ketentuan yang wajib diikuti. Bukan menakut-nakuti, dan tak hendak memberikan plang nama “Halal” dengan imbal “Surga” sedangkan perbankan sebelah berarti kebalikannya. Soal pendekatan, kalau saya bilang. Bukan hanya soal hitam-putih nya hidup di dunia. Untuk itu, Halal pula-lah perbankan memiliki produk syariah.

Konteks syariah adalah konteks “berkah” yang “aman”. Dengan demikian, hidup akan tenang. Untuk itulah, gaung perbankan Syariah atau iB Syariah yang beberapa bulan ini sangat gencar, dimaknai sebagai semangat untuk kita semua berkah dan tenang dalam jalani kehidupan. 

Sebab urusan duit, bagi yang bertakwa, harus berhati-hati. Salah sedikit, menjadi dosa yang disesali. Tak menggunakan pendekatan itupun, apalagi Anda yang non-muslim, tak masalah kok. Anda akan terpesona, karena ini soal keunggulan, nilai lebih, dobel bonus. 

Perbankan Syariah hadir dengan sistem yang berbeda dari perbankan konvensional, yaitu penerapan prinsip-prinsip syariah yang menonjolkan pendekatan kemasyarakat akan hal yang tak ada di sistem perbankan konvensional alias umum, yaitu ada universal values (nilai-nilai yang diakui secara umum), seperti prinsip kerja sama, keseimbangan, keadilan (saling ridho atau win-win) dalam transaksi. 

Jadi, nilai-nilai inilah yang ditonjolkan, dan  mendekatkan sekaligus membuat kita cinta keuangan syariah!

Menjadi Nasabah dan Keluarga Cinta Keuangan Syariah

Sedikit cerita. Saya dan istri, merupakan nasabah. Walau kami masih memiliki tabungan di sistem konvensional, kami percaya, mesti menjadi bagian dari yang cintakeuangan syariah. Karena sistem lain itu rentan. Walau katanya jaminan uang yang kita tabung meningkat, saya selalu bertanya kepada diri sendiri, apa benar seperti itu. Adanya bunga bank, adanya berbagai aplikasi keuangan yang saya tidak jelas aturannya. Abu-abu dan bikin “ngeri” dan “was-was” akan kegiatan ini.

Saya dan istri ingin lepas langsung, tentu tak bisa. Kami berupaya moderat,membuka dulu tabungan syariah. Istri saya di Bank Syariah Mandiri, dan saya di Bank Muamalat. Dua bank yang secara natural memang berdiri mengusung prinsip syariah, bukan divisi keuangan syariah dari bank konvensional saja. Belakangan memang sudah pula banyak divisi syariah dari perbankan konvensional, which is good. Waktu itu, beberapa tahun lalu, kami berikhtiar untuk cari berkahnya.

Walau gaji di bank konvensional, kami selalu pindahkan ke bank syariah. Begitu saja pola "kehidupan jahiliyah" kami yang, mungkin di beberapa kalangan, silakan men-cap dengan label apapun, kami terima. Karena kami belum mampu lepas dari kehidupan yang seperti itu. Masih tangan dibawah. Saat ini.

Bersikukuh dengan keinginan masa depan yang berkah, saya tak tinggal diam. Saya minta kantor untuk dana pensiun melalui DPLK Muamalat. Perjuangan yang bukan sekali dua kali saya coba lakukan, dan Alhamdulillah, tahun 2010, ada hasil. 

Saya dan karyawan kantor kecil tempat saya bekerja, akhirnya menjadi bagian dari Muamalat, dan hingga tahun 2036 saya akan memperoleh pensiun yang saya tenang, karena dari perbankan syariah.

DPLK Muamalat, dana pensiun saya tahun 2036 nanti (sumber : dokpri)

Istri pun sama. Sejak menikah, tahun 2009, keukeuh bercita-cita naik haji. Istri memang lebih “lurus” dibanding saya yang selalu suka ragu dan kadang kala menyerah dengan keadaan. Tabungan haji Bank Syariah Mandiri (BSM). Itu yang dia buka dengan niat tulus untuk haji. Ya, walau kami baru saja menikah. Belum memang kesampaian, karena naik haji itu bukan soal duit, tapi soal “panggilan”. Alhamdulillah, jalan menuju sana juga masih terbuka.

Mendapatkan info dari pegawai bank via telepon kalau memenangkan tabunganh aji, dengan nilai yang secara harfiah tak seberapa, satu juta rupiah, pada waktu itu. Namun menjadi motivator luar bisa buat kami melanjutkan cita-cita.

Kejadiannya juga lucu, istri saya tidak berani keluar rumah, saat itu, karena suami tak dirumah. Petugas bank, dua orang datang. Dengan mobil BSM. Setelah berkoordinasi dan meminta ijin saya, istri menerima dua orang tamu di luar rumah. Alhamdulillah, bukan tipuan dan benar adanya.

Pengalaman dengan dua bank ini, serta nilai-nilai ketenangan yang saya dapatkan dan selalu ingin dapatkan, membuat kami sekeluarga betah.  Suatu saat, Insya Allah akan melepaskan semua soal perbankan konvensional karena itu tadi, ngeri. Ngeri karena setiap hari kita berbuat dosa. 

Dosa-dosa kecil yang kita tak tahu, keseleo lidah, membuat tetangga marah, teman kantor sedih, memaki, dan seterusnya. Padahal, dosa-dosa kecil sulit untuk dihindari setiap hari. Sedangkanhal-hal yang jelas bisa kita hindari, mengapa dipertahankan. Duh gusti, rasanya hati ini selalu was-was akan timbangan kebaikan yang kalah dengan keburukan.

Kompasiana dan Perbankan Syariah, Memantapkan Rasa.

Nah, Nangkring Kompasiana iB Syariah beberapa waktu lalu di Muamalat Tower, 5 Maret 2016 semakin membuka mata kita soal perbankan syariah. Bagaimana keuangan syariah itu dalam praktiknya, sama bagusnya, sama lengkapnya, sama modernnya.

20160305-102850-573040894323bd23078a67ba.jpg
20160305-102850-573040894323bd23078a67ba.jpg
disini nih, kita dijelaskan tentang keuangan syariah yang sama bagusnya, sama lengkapnya, sama modern-nya (dengan perbankan konvensional)!

Walau dulu motivasi membuka rekening bank syariah sekedar panggilan hati saja, ternyata memang perbankan syariah punya banyak nilai lebih. Landasan legal-nya di Indonesia ternyata jelas. Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008.

Bahkan, banyak pula nasabah Non-Islam yang terkesan dan membuka tabungan disana. Keren. Untuk itulah, saya bersyukur Kompasiana memberikan kesempatan saya untuk menyelami lebih jauh tentang keuangan syariah.

Tak Jamin Kekayaan, No Problem. Kami ingin berkah dan ketenangan gapai cita-cita. Anak yang terdidik dengan baik, uang biaya pendidikan yanghalal dan berkah. Makan sehari-hari dari kerja keras yang halal, kemudian disimpan di tempat yang halal dan bermanfaat untuk semua. Yup, untuk semua karena perbankan syariah dengan sistem bagi hasil sangat bersahabat terhadap sesama.

20160305-113023-57303b5b83afbd470721cbe3.jpg
20160305-113023-57303b5b83afbd470721cbe3.jpg
presentasi bank muamalat mengenai era syariah di digital banking

Akibatnya, bagi saya, rasa memiliki dan puas dengan sudah menjadi nasabah perbankan syariah semakin menguat dan semakin mantab. Anda bagaimana? Mungkin bisa kita elaborasi lebih jauh soal keuangan syariah yang waktu itu dipaparkan oleh para narasumber yaitu Pak Setiawan Budi Utomo, Deputi Direktur Pengembangan Produk dan Edukasi Perbankan Syariah OJK, memaparkan kampanye "Aku Cinta Keuangan Syariah".

Juga ada Pak Purnomo B Soetadi, Pejabat Eksekutif Consumer Retail Banking Bank Muamalat, menjelaskan tentang "Perbankan Syariah di Era Digital Banking". Tak lupa, agar peserta mampu bercerita dengan baik di tulisannya, Mas Iskandar Zulkarnain alias Isjet, Asisten Manager Kompasiana, memberi materi keren "Menulis Kreatif di Blog".

20160305-121106-57300616c4afbd3b09a99de5.jpg
20160305-121106-57300616c4afbd3b09a99de5.jpg
materi menulis dengan story telling

Konsep Filosofis yang Luhur

Coba tengok, konsep dasar ekonomi syariah sebagai landasan filosofis perbankan syariah ternyata dijelaskan adalah tercapainya kesejahteraan yangmencakup kebahagiaan (spiritual) dan kemakmuran (material) pada tingkatan individu dan masyarakat.

prinsip-perbankan-syariah-5730011ec4afbd3409a99ded.png
prinsip-perbankan-syariah-5730011ec4afbd3409a99ded.png
filosofi dasar keuangan syariah (sumber : OJK)

Tiga pilar yaitu Keadilan, Keseimbangan dan Kemaslahatan merupakan hal yang menarik dan cocok dengan kita sebagai umat beragama. Apapun agamanya, karena ini nilai universal. Bahwa aktivitas ekonomi berkeadilan artinya menghindari eksploitasi berlebihan, tidakproduktif, spekulatif dan sewenang-wenang.

Seimbang, artinya aktivitas sektor riil dan finansial seimbang, juga soal bisnis-sosial dan spiritual-material yang seimbang. Sedangkan orientasi kemaslahatan berarti melindung keselamatan peri kehidupan beragama, proses regenerasi, serta perlindungan dalam hal keselamatan tiga hal, jiwa, harta dan akal. Tidak hanya soal harta materi!

Aktivitas keuangan atau perbankan syariah ini juga dimulai dari fondasi yangkuat. Yaitu fondasi ekonomi syariah dimana Akidah berdampak pada akuntabilitas ketuhanan dan integritas yang diaplikasikan pada model dan prinsip good corporate governance. Kaidah syariah (hukum muamalah di bidang ekonomi) yang membimbing aktivitas ekonomi selalu sesuai syariah. Halal.

Lalu meletakkan tata hubungan bisnis dalam konteks kesetiakawanan (ukhuwah) guna kesuksesan bersama. Lalu ada fondasi akhlak yang membimbing aktivitas ekonomi senantiasa mengedepankan kebaikan sebagai cara mencapai tujuan. Jadi prosesnya pun berakhlak dan beretika.

Kesemuanya ini ternyata juga cocok dengan nilai luhur dan tujuan pembangunan Indonesia yang majemuk ini. Untuk masyarakat  yang sejatera. Jadi, tepat banget keputusan saya saat ini dan semakin mantab dengan keuangan syariah. Sudah makin cinta!

Tak hanya itu, ternyata, dari Nangkring Kompasiana, saya mendapat info bahwa terdapat kebijakan pengembangan perbankan syariah indonesia melalui RoadmapPerbankan Syariah Indonesia (2015-2019).

Makin jelas, kampanye Aku Cinta Keuangan Syariah ini memang sedang masa puncaknya, sudah seharusnya, dan saya senang jadi bagian didalamnya!

Ragam Kondisi Saat Ini dan Bagaimana Kita Menyikapinya

Lalu, kalau memang sudah sama bagusnya, sama lengkapnya, sama modernnya,mengapa ya banyak yang belum beralih? Hmm. Oke, saya saja masih belum bisa I Love U Full karena gaji masih di bank konvensional hiks hiks. Padahal,dengan bank konvensional, tentang modern, lengkap, bagus, lah ternyata sama!

Mungkin, persepsi bank syariah itu “bank agama” yang keliru. Saya sendiri tidak familiar sebenarnya dengan istilah-istilah yang dulu dikenal berbahasa arab. Serius. Cuman niat saja nabung di bank syariah. Biar tenang aja, biar manfaat saya nabung juga dirasakan orang juga.

Jadi, sepakat sekali, saat ini kabarnya produk-produk perbankan syariah sudah tidak banyak beristilah arab, namun istilah umum perbankan seperti Tabungan iB, KPR iB dan seterusnya. iB artinya islamic banking kan ya?

Sebab memang jelas kan, kita balik lagi ke tujuan menabung, memanfaatkan lembaga bank. Tujuan nabung di bank ya biar aman. Tidak di celengan ayam. Transfer kesana kemari, juga sepertinya lancar jaya. Tak ada masalah, tak ada beda dengan cara bank konvensional soal urusan ini. Filosofinya yang berbeda, dan ini nilai tambah justru.

Mungkin, hal yang perlu dibenahi adalah soal sinergi kebijakan, harmonisasi dengan otoritas perbankan seperti OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan misalnya. Agar kendala internal bank syariah bisa teratasi.  

Selain itu, kualitas produk ditingkatkan, sehingga mampu bersaing global. Layanan-layanan seperti mobile banking, internet banking, aplikasi up-to-date dan cihuy tentu sangat kita harapkan kedepan. Dan semua ini, dari informasi hasil ikutan acara Kompasiana Nangkring, ternyata sudah ada dan tinggal ditingkatkan!

20160305-112847-2-57303d708ffdfd351d8173d0.jpg
20160305-112847-2-57303d708ffdfd351d8173d0.jpg
pak Poernomo jelaskan app mobile perbankan syariah muamalat. Aplikasinya udah ada!

Jadi, masalahnya tinggal sosialisasi sih. 

Bahwa keuangan syariah itu takperlu dikotak-kotakkan, bahwa semua pihak bisa menjadi penggunanya. Semua bisa dapat berkah-nya kok. Lagi pula, konsep Islam sebagai Rahmatan Lil Aalamin, tentu tak lepas pula dari soal perbankan dan keuangan untuk masyarakat umum.

Yuk, ke bank syariah, karena kan, sama bagusnya, sama lengkapnya sama modernnya. Tapi filosofinya, aduhai, Anda pasti terpesona dan ingin menjadi bagian dari itu semua.

Saya, semakin terperangah dengan nilai-nilai bank syariah danproduk-produknya yang sudah berkualitas serta terlepas dari stigma “agama tertentu” ini. Karena apapun yang terjadi, semua akan teradi. Que Sera Sera. Sunatullah. Qada dan Qadar. Tak menjamin kita jadi kaya mendadak dengan syariah. Tapi menjaga masa depan dari hal yang tak bikin tenang, tentu jadi alasan kita.

20160305-125122-57303dedcb23bdb5070ea785.jpg
20160305-125122-57303dedcb23bdb5070ea785.jpg
para narasumber Kompasiana Nangkring iB Syariah. Ki-Ka : Mamed standup comedian yang menghibur acara, Pak Setiawan, Pak Purnomo, Mas Isjet

Lagi pula, jika dilihat lebih dekat, ternyata keuangan syariah Lebih menguntungkan. Baik material maupun spiritual. Dua hal yang hanya satu saja dimiliki oleh bank konvensional. Semua sama,  namun keuangan syariah punya filosofi kuat yang tak tertandingi. Pendekatan itulah yang perlu dipahami oleh kita semua. Dengan demikian, pastinya kita semua akan cinta keuangan syariah.

Aku cinta keuangan syariah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun