Mohon tunggu...
Umsida Menyapa
Umsida Menyapa Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humas Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tasawuf Muhammadiyah: Sufi Berkemajuan

5 Januari 2024   08:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   08:58 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa yang diwajibkan kepada kita hanyalah satu bulan dalam setahun, yaitu selama bulan Ramadhan. Namun seseorang yang karena cintanya seperti tadi, masih menambahnya lagi dengan puasa-puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, puasa Asyura, hari Arafah, dan lain-lain sehingga dengan mudah ia bisa menguasai diri dan jiwanya yang semakin bersih. Ia telah melakukan perbuatan ihsan.

Persentase zakat yang diwajibkan atas harta yang kita miliki tak lebih dari dua setengah persen per tahun. Namun seseorang yang karena cintanya seperti di atas masih dengan senang hati mengeluarkan sedekah yang lebih banyak lagi dari zakat yang telah dikeluarkannya. Semua itu tak lain untuk kepentingan Islam, fakir miskin dan kepentingan-kepentingan sosial lainnya. Sahabat Abu Bakar misalnya menyerahkan seluruh hartanya untuk Islam, sahabat lain menyerahkan separuh hartanya, ada yang menyerahkan sepertiga hartanya, ada yang memperlengkapi seluruh pasukan Islam dari kantong pribadinya, dan ada yang membeli sumur dari non muslim untuk kepentingan fakir dan miskin kaum muslimin, dan lain-lain. 

Demikian halnya dengan aktivitas dzikirnya yakni mengingat Allah dalam hati, lisan, dan perbuatan. Aktiivtas Dzikir yang semula hanya sesaat, dengan ihsan dilakukan setiap saat. Dzikir lisannya mengagungkan Allah, dengah ihsan dilkukan  juga setiap saat tanpa ada ucapan cela sedikitpun bahkan kepada makhluk Allah. Dalam kesendiriannya "bersama Allah" banyak melakukan dzikir lisan yang jumlahnya lebih dari yang disyariatkan. Dizikir dengan perbuatan dalam amal sahalih, dengan ihsan maka tidak hanya perbuatan shalih untuk diri sendiri, namun juga untuk lingkungan, dan orang lain/umat.

Lihat juga: Sejarah Penaklukan Palestina oleh Israel, dan Dunia Pun Tak Berkutik

Itu semua juga perbuatan Ihsan. Jadi bisa dikatakan sebagai melakukan sesuatu melampaui batas minimalnya yang telah ditentukan oleh Syariah, didorong oleh rasa cinta dan ketakwaan yang dalam, dan bahwa Allah swt Maha Mengetahui segenap perbuatan dan tindak-tanduk manusia betapapun kecilnya dan betapapun rahasianya. Tentu semua itu tak lain karena mengharapkan keridhaanNya.

Telah dijelaskan, bahwa ilmu tasawuf yang lahir dari aspek akhlaq dan budi pekerti yang tinggi, tak lain adalah penjabaran dan pengejawantahan dari komponen ihsan. Dan Al Quran menggambarkan orang-orang yang berbuat ihsan atau muhsinin "adalah mereka yang menginfaqkan harta mereka dalam keadaan senang dan dalam keadaan kesukaran, mereka yang bisa menahan amarahnya dan yang memberikan maaf kepada orang-orang. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan" (QS Ali Imron, 134). 

Di lain ayat dikatakan, adalah "mereka yang sabar, yang benar dan jujur, yang taat kepada Allah, yang menginfakkan hartanya dan yang beristighfar pada waktu sahur" (QS Ali Imron 17). Menurut al Quran, Muhsinin adalah juga Muttaqin atau orang-orang yang bertaqwa. Allah mencintai para Muttaqin, dan ini Ia nyatakan sebanyak tiga kali dalam al Quran (kata muttaqin keseluruhan 15 kali disebut). Sedangkan kecintaan Allah kepada para Muhsinin dinyatakanNya sampai enam kali (kata muhsinin keseluruhan 30 kali disebut). Muhsinin inilah yang dalam ilmu tasawuf disebut para sufi.

Ihsan dan Pembentukan karakter Muhammadiyin

Kalau sifat-sifat muhsinin atau para sufi itu tak lain adalah menginfakkan harta baik pada waktu senang maupun pada waktu kesukaran, taat kepada Allah, bisa menguasai diri, sabar, benar, jujur, pemaaf dan suka beristighfar pada sepertiga akhir malam, maka semua itu merupakan sifat-sifat yang sangat baik dan terpuji. Sifat dan karakter tersebut merupakan sifat dan karakter yang dimiliki oleh para Muhammadiyin.  Orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut tentu saja akan sangat diperlukan untuk masyarakat manapun, terlebih lagi dalam masyarakat modern hingga post modern sekarang ini. Dan tasawuf adalah ilmu islam menempa manusia-manusia dengan kualifikasi sifat-sifat itu. 

Percaturan dan pergumulan budaya masyarakat modern makin lama memang semakin majemuk dan kompleks, yang dengan demikian semakin memerlukan manusia dengan sifat-sifat terpuji tersebut. Masyarakat modern sekarang ini semakin memerlukan orang-orang yang benar, jujur dan bisa dipercaya dalam mengemban amanat pekerjaannya. Semakin memerlukan orang-orang sabar, tangguh dan ulet dalam melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab pribadi dan sosialnya. Orang-orang yang mudah menginfakkan hartanya untuk menolong orang lain dan mengentaskannya dari kemiskinan dan kesulitan lainnya. Orang-orang yang tidak suka hidup berhura-hura, suka memberi maaf kepada orang lain, orang-orang yang bisa dengan penuh arif menghadapi hidup ini, hingga hubungan antarindividu dan masyarakat selalu terjaga harmonis. Yang tentunya orang-orang tersebut pada waktu yang sama adalah orang-orang yang taat kepada Allah SWT.

Tak akan ada suatu masyarakat pun yang bisa menolak orang-orang dengan kualifikasi sifat-sifat di atas, kecuali masyarakat yang memang menghendaki kerusakan dan kebejatan. Dan masyarakat modern dan bahkan di era post-modern ini kita sekarang ini, kami yakin masih tetap dan akan selalu menghendaki kebaikan, kesejahteraaan, dan keharmonisan. Peranan tasawuf sebagai ilmu yang menempa manusia ke arah sifat-sifat di atas akan sangat penting dan strategis. Semakin kompleks pergumulan budaya masyarakat modern kita, akan semakin penting pulalah bagi tasawuf untuk semakin meningkatkan tugas dan peranannya. 

Jika kita kaji dalam semua manhaj Muhammadiyah, baik dari Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang memunculkan diksi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, bahkan dalam Khittah 2002 disebutkan bahwa perkara politik merupakan al-umur al-dunyawiyah yang harus diurus dengan baik berdasar akhlak islami. Nilai luhur Islam diharapkan ikut membingkai dan menjiwai kehidupan manusia. Dengan demikian, kehidupan spiritual atau mistik Muhammadiyin dilalui dengan bergumul dengan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi hingga sosial di berbagai kegiatan keseharian dan amal usaha yang merupakan bagian dari latihan kejiwaan/riyadhah yang berat, tunduk pada semua ketentuan Allah SWT, untuk selalu mendekatkan diri secara khusus kepada Allah dengan penuh kecintaan dan keikhlasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun