Di beasiswa ini, kuota mahasiswa yang diterima lebih sedikit, namun memiliki peminat yang sama-sama masif dengan beasiswa lainnya. Dan lagi-lagi, Imam gagal di tahap akhir seleksi beasiswa. Hal ini disinyalir karena sejak awal Imam memilih untuk tunda studi. Sedangkan pada beasiswa ini mahasiswa harus memasuki perkuliahan 1 bulan setelah pencairan dana.
Setelah ia gugur di dua program, Imam sempat menyerah dan mengadu kepada dosen pembimbingnya. Namun dorongan semangat dari beliau, Imam kembali bangkit dan masih berharap pada beasiswa BPI.
Baca juga: Dosen Umsida Tentang Siswa SD Buta Akibat Dicolok Kakak Kelas, Harap Edukasi Gender Ditegaskan
Kebanggaan diri sendiri dan kerabat
Dan akhirnya, pada 27 September lalu ia menerima pengumuman yang menyatakan bahwa ia diterima program S2 di ITS, tepatnya di program studi Teknik Sistem Tenaga. Untuk informasi lebih lanjut tentang pelaksanaan perkuliahan, Imam akan mengikuti sosialisasi minggu depan. Disitulah ia bisa memutuskan akan langsung melakukan perkuliahan atau sesuai dengan masa tunda studinya, yakni bulan Februari tahun depan. Sempat menyerah dengan beasiswa BPI, perjuangan dan kegagalan Imam terbayar lunas di tahun ini.
"Sejujurnya saya tidak memberitahu orang-orang termasuk keluarga saya kalau saya melanjutkan studi. Jadi saya mendaftar secara diam-diam dan dibantu oleh dosen pembimbing saya. Hingga setelah saya diterima S2, saya memberitahu mereka dan benar saja, mereka senang dan bangga atas pencapaian saya. Begitu juga dengan saya, Alhamdulillah saya bisa melanjutkan studi S2 melalui dukungan penuh dari Kemendikbudristek setelah timeline dari BPI yang cukup lama," pungkasnya dengan bahagia.
Baca juga: Lembaga Sertifikasi Profesi Umsida Diakui BNSP Terstandar Nasional
Penulis: Romadhona S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H