Karena itu dzikir adalah mekanisme untuk terus memohon hidayah itu selalu terpancar kepada ruh, memancar dalam hati, mengendalikan nafs, disertai dengan kontrol dari akal. Hati dan akal akan menggerakkan tubuh untuk lisan shalihnya menyebut asma Allah dan mewujudkan amal shalihnya mewujudkan umat terbaik.
Proses kesadaran/hidayah itu berjalan sangat singkat. Seperti kilatan petir di tengah kegelapan langit malam. Qalb, Aqal, dan nafs tergerak secara simultan yang kemudian mewujud dalam ekspresi dzikir. Ekspresi dzikir pada lisan dan perbuatan. Lisan dengan ucapan berupa tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Perbuatan dengan gerakan shalat, puasa, membayar zakat, haji, serta gerakan-gerakan sosial yang shalih.
Dalam konteks dzikir ini, Islam mengajarkan bagaimana berdzikir dari yang sederhana hingga yang kompleks. Dzikir yang sederhana dari niat yang mengingat Allah dalam hati, membaca alquran yang merupakan dzikir dengan hati dan dengan lisan; Gerakan shalat yang melibatkna dzikir hati, lisan, dan perbuatan seperti gerakan berdiri, rukuk, dan sujud yang.
Demikian juga dengan dzikir dalam konteks sosial seperti perbuatan membayar zakat dan melaksanakan haji. Dalam gerakan-gerakan tersebut, dzikir menjadi lengkap; tidak hanya hati, namun juga lisan, hingga perbuatan dari perbuatan dzikir yang sangat pribadi dalam niat, hingga dzikir dalam gerakan sosial seperti berzakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H