Penalaran ini dimiliki setiap manusia yang berakal. Ini memungkinkan orang untuk memiliki pemahaman atau pemikiran yang sama.Â
Sesuatu yang disepakati bersama sebagai masuk akal. Hingga, lebih jauh, orang membuat standar kewarasan seseorang.Â
Foucault dalam Madness and Civilization (1961) mengungkap bahwa suatu ketika kewarasan ini menjadi standar suatu kaum yang membedakan antara orang yang waras (rasional) dengan orang gila (irrasional).Â
Secara operasional, akal manusia bekerja menurut kategori kausalitas yakni hubungan sebab-akibat. Hubungan ini menentukan bagaimana satu peristiwa atau tindakan menyebabkan peristiwa atau tindakan lain.Â
Akal manusia bekerja cenderung mengurutkan terjadinya suatu peristiwa yang menjadi konstruksi logika formal. Sedangkan urutan kejadian yang ajeg atau konsisten ini kemudian menjadi dasar logika material.Â
Kausalitas ini memberikan fungsi penjelasan dan prediksi. Yakni menjelaskan alasan terjadinya sesuatu dan memprediksi kemungkinan yang terjadi selanjutnya berdasarkan penjelasan tersebut.Â
Ini bisa dijadikan sebagai penyelesaian masalah dengan menganalisis akar masalah dan mengembangkan solusi dengan mengidentifikasi penyebab utama.
Dari kategori kuantitas, akal kemudian memiliki kemampuan untuk melakukan pengukuran dan perbandingan, yakni mengukur, menghitung, dan memperkirakan jumlah atau ukuran.Â
Dengan ini manusia memiliki kemampuan yang disebut prinsip prinsip logika dan matematika berdasarkan pada konsep kuantitas. Disamping kuantitas, ada kategori kualitas.Â
Dengan kemampuan kategori kualitas ini, maka manusia memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian sifat yakni menilai sifat atau karakteristik dari objek atau fenomena.
Selain itu dengan kategori kualitas, maka akal manusia memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan dan mengategorikan objek atau ide berdasarkan atribut spesifik.Â