Selain tidak meratanya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, pada bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, Indonesia masih jauh tertinggal dari Negara-negara lain di dunia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkap data anak tidak sekolah (ATS) di Indonesia sebanyak 3.094.063 anak. Berdasarkan BPS pada Maret 2023, mayoritas penduduk Indonesia masih lulusan pendidikan dasar, yaitu SD (Sederajat) sebesar 24,62 % dan lulusan SMP (Sederajat) sebesar 22,74%. Sementara itu yang lulusan SMA (Sederajat) sebesar 30,22% dan yang lulusan Perguruan Tinggi baru 10,15%. Keadaan pendidikan di Indonesia ini masih jauh di bawah Tailand, Malaysia, dan Singapura.
Di lihat dari kesiapan sumber daya mansuaia untuk menyongsong masa depan Indonesia, dari data yang ada masih belum menujukkan posisi yang siap untuk berkompetisi dan berkolaborasi, setidaknya bisa kita lihat dari hasil penilaian terhadap kesiapan para pelajar dari Negara-negara yang mengikuti PISA (Program for International Students Assesment). PISA ini menilai kemampuan para pelajar berusia 15 tahun dalam tiga bidang, yaitu kemampuan matematika, sains, dan membaca. Dari hasil penilaian PISA pada tahun 2022 yang diikuti oleh 81 Negara, Indonesia berada pada peringkat 67.
Â
Hadirin yang dimuliakan Alah SWT.
      Dari beberapa data di atas menunjukkan adanya kesenjangan yang sangat besar bahwa pertumbuhan ekonomi belum diikuti oleh pemerataan kesejahteraan rakyat dan peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Kondisi ini tidak sejalan dengan tujuan didirikannya bangsa ini dan juga tidak sejalan dengan sila ke-lima dari Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari awal bangsa ini dibangun menginginkan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak boleh terjadi kekayaan menumpuk hanya pada sebagian kecil orang, sementara masih terlalu banyak masyarakat yang miskin dan bahkan berada di bawah garis kemiskinan. Adanya ketimpangan itu mestinya tidak sampai terjadi kalau kita semuanya mempunyai kesadaran yang tinggi dan bersungguh-sungguh dalam memberi pertolongan kepada warga masyarakat yang kurang mampu. Pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemilik modal, dan pihak lain yang terkait, perlu menumbuhkan kesadaran baru dalam ikhtiar meningkatkan perhatian dan keberpihakannya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat yang miskin dan lemah.
       Kondisi bangsa yang timpang itu tidak akan bisa berubah jika bangsa itu sendiri tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk merubahnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. dalam QS. Ar-Ra'du ayat 11 sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra'd: 11).
      Ayat di atas dengan jelas mengingatkan kepada kita bahwa perubahan keadaan suatu bangsa mensyaratkan adanya kesungguhan dalam melakukan perubahan. Perubahan yang kita inginkan tidak akan terwujud kalau kita tidak mempunyai kemampuan atau kapasitas. Untuk itulah kita mesti harus berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Selain itu perubahan yang kita inginkan itu harus dirancang dengan sungguh-sungguh (by design) yang melibatkan berbagai komponen bangsa ini.
Baca juga:Â PCM Sedati Terima Dana Kurban Sebesar Rp 15 Juta dari DAIK Umsida
      Menyadari akan hal di atas, maka semua pihak yang mempunyai kemampuan perlu melakukan berbagai usaha sinergis sesuai bidang dan tanggung jawabnya masing-masing. Pemerintah melaksanakan political will dengan membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kecil yang kurang mampu dan peningkatan sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan. Demikian juga elemen-elemen masyarakat yang mampu juga melakukan gerakan filantropi, gerakan menyintai sesama manusia dan nilai kemanusiaan, gerakan menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, dan harta yang dimiliki untuk menolong orang lain yang kurang mampu, sehingga secara bertahap dan sistemik akan mengangkat warga masyarakat yang lemah menjadi kuat, dan akhirnya juga memperkuat Indonesia sebagai bangsa yang maju.