Baca juga:Â PTI Umsida Berikan Peluang Kerja Lebih Luas
Kepatuhan kita kepada Allah tidak cukup hanya dengan mendirikan shalat, tetapi harus sampai pada kemauan dan kesungguhan kita dalam berkurban. Berkurban menjadi salah satu indikator kepatuhan, ketundukan, dan kesungguhan kita di dalam menjalankan perintah Allah SWT. Pelajaran shalat dan berkurban mempunyai dimensi vertikal dan horizontal. Shalat mengajarkan kepada kita untuk membangun hubungan baik dengan Allah SWT. (hablun mina Allah), dan berkurban mengajarkan kepada kita untuk menumbuhkan kepekaan sosial dan membangun hubungan baik dengan sesama manusia (hablun mina annas).
Â
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT.
Allah SWT. telah memberikan kepada kita nikmat yang sangat banyak dan oleh karena itu kita diperintahkan untuk mendirikan shalat dan berkurban. Kita yang diberi kelebihan rizki dan kemampuan untuk berkurban harus menunaikan ibadah kurban, sebagai wujud kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Begitu kuatnya perintah berkurban ini untuk ditunaikan, sampai-sampai Rasulullah SAW. memberikan peringatan keras dan tegas kepada kita, sebagaimana termuat di dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, sebagai berikut:
Â
Artinya: "Barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berkurban namun dia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami" (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim).
Â
Hadirin yang dirahmati Allah SWT.
Semangat berkurban melahirkan rasa empati dan semangat berbagi, berbagi kepada sesama manusia, terutama kepada mereka yang kurang mampu, dan mereka yang membutuhkan. Semangat berkurban juga melahirkan semangat berbagi kemanusiaan secara lebih luas, tidak hanya di waktu idul adha sebagai hari raya kurban, tetapi juga di hari-hari lain di luar idul adha.
Kita menyadari bahwa masyarakat kita masih banyak yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan kita. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2023 tercatat masih ada 25,9 juta penduduk Indonesia yang masuk kategori miskin. Dibalik pertumbuhan ekonomi nasional, ternayata masih terjadi ketimpangan ekonomi nasional yang sangat lebar. Pada Maret 2023 gini rasio Indonesia masih berada di angka 0,388, keadaan ini meningkat dari tahun sebelumnya dengan gini rasio sebesar 0,381. Â Angka gini rasio sebesar 0,388 itu mempunyai makna 1% penduduk Indonesia menguasai 38,8% dari keseluruhan kekayaan nasional Indonesia.