Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI dan Industri Kreatif, Teman atau Ancaman?

11 Juni 2024   12:38 Diperbarui: 11 Juni 2024   12:38 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layaknya pisau yang biasanya digunakan oleh orang dewasa, maka pisau tersebut bisa bermanfaat untuk memasak. Berbeda jika pisau digunakan oleh anak-anak, maka mereka bisa terluka. Sama dengan AI yang saat ini mudah diakses semua orang. Jika bukan orang yang ahli dalam dunia kreatif, maka bisa saja AI tersebut akan disalah gunakan.

  • Tidak 100% orisinil

Kehadiran AI menuai banyak pro kontra di industri kreatif. Hal itu karena proses  pengerjaan  yang  dilakukan  oleh  AI  dianggap  bukan   100% hasil dari originalitas AI itu sendiri, tapi kumpulan gambar yang sudah ada yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan tema yang diinginkan.

  • Mematikan illustrator

Teknologi AI bisa saja menggantikan pekerjaan para ilustrator karena kecepatan dan kemudahan yang didapat oleh pengguna teknologi AI tersebut. Para pekerja industri juga harus memiliki keinginan yang besar dan tekad yang kuat dalam menciptakan pasarnya sendiri agar tetap dapat menjadi pilihan utama para pecinta seni  ilustrasi. 

  • Terjadinya plagiarisme

Ai bisa saja menjerat seseorang dalam kasus plagiarisme. Misal adanya teknologi  AI  di filter TikTok yang merubah coretan biasa atau objek nyata menjadi karya ilustrasi  yang  detail  dan  kompleks  dan  dikomersialkan.

Jika ilustrator yang mengkomersilkan karya, maka orang tersebut harus membayar  lisensi dan menyertakan   referensinya   ketika   karya   tersebut   dipasarkan.   

Telah beredar postingan online "say no to AI art", dimana banyak sekali artist dan yang menolak AI dalam membuat karya.

Apa yang harus dilakukan?

Penting bagi para pengguna teknologi AI untuk mengerti kode etik dan menghargai hak cipta orang lain. 

Dan perusahaan  pembuat  AI  harusnya memiliki kebijakan dengan tidak menggunakan database tertentu yang hak ciptanya sudah dilimpahkan ke pekerja seni yang karyanya dijadikan database.

Sedangkan bagi para artist atau illustrator, mereka bisa belajar menggunakan  berbagai  macam  AI  agar  bisa  berteman  sebagai  tools, bukan ketergantungan sehingga menjadikannya authority.

Baca juga: Guest Lecture Akuntansi Umsida: Peran Industri Kreatif Sebagai Pendapatan Daerah

Mereka juga bisa mengembangkan kemampuan mereka melalui AI. Karena bagaimanapun juga, otak manusia lebih memiliki sense daripada "otak" AI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun