Selanjutnya dua lelaki muda tampil membawa tameng dan tongkat. Mereka memperagakan atraksi peresean. Mereka bertarung mengadu kekuatan. Di Suku Sasak, petarung tersebut di sebut Pepadu. Mereka membawa tameng yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang disebut ende. Selain ende, mereka juga membawa senjata alat pemukul dari rotan yang disebut penjalin.
Pepadu tidak berbaju, hanya memakai celana dibalut dengan kain khas lombok dan mengenakan ikat kepala. Para pepadu bertarung dengan menggunakan ende dan penjalin sambil diiringi tetabuhan. Pertarungan tersebut dipandu oleh seseorang yang disebut pakembar.
Atraksi peresean ini di Lombok termasuk dalam seni tari, bagian dari kebudayaan Suku Sasak. Menurut guide yang memandu kami, pertarungan akan berakhir bila salah satu pepadu mengeluarkan darah dan dinyatakan kalah.
Selesei menyaksikan atraksi peresean, kami diajak berkeliling melihat rumah-rumah disana. Rumah induk tertua dan rumah-rumah lainnya semua khas beratap alang-alang, dinding dari anyaman bambu dan laintai dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran sapi atau kerbau. Ciri khas didalam rumahnya terdapat 3 tangga diatas lantai menuju ke bagian dalam dari rumah tersebut.
Karena menjadi desa wisata, maka setiap rumah menjadi tempat untuk berdagang. Berbagai macam kain tenun dan merchandise khas Lombak dijual disana. Kain, sarung, kopyah, selendang, gantungan kunci, kalung dan lain sebagainya dengan harga yang terjangkau. Â
Pengalaman yang berharga bisa mengunjungi pulau Lombok dengan alamnya yang sangat indah dan budayanya yang sangat menarik bagi wisatawan. Tak heran banyak turisdomestik dan asing yang menjadikan Lombok dan Suku Sasak menjadi destinasi liburan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H