Berbeda dengan di rumah bisa tidur dengan nyaman. Di pondok tidak boleh membawa HP, tidak ada TV. Semua harus antri... Dan masih banyak lagi komentar mereka.
Beragam komentar itu tidak membuat saya dan suami ciut nyali. Kami sudah bertekat dan mantap memondokkan anak kami. Dan kesamaan visi kedua orang tua itu sangat penting.Â
Bila hanya ibu yang menginginkan anak mondok tetapi ayahnya melarang, itu akan menjadi masalah. Atau sebaliknya, ayah berkeinginan tetapi ibunya melarang karena tidak tega.
Kami sama-sama tega untuk kebaikan anak kami. Pada jaman sekarang, anak siapa yang tidak gemar main HP. Hampir semua anak mainannya HP. Bila anak saya tidak mondok dan sekolah di daerah kami pasti ia juga tidak bisa tanpa HP.Â
Saat ia pulang dari sekolah sementara ayah dan ibunya belum pulang dari bekerja, pasti ia bermain HP. Apa yang dilihat dan dimainkan, orang tua tidak tahu.
Sholat mungkin hanya sekedarnya. Yang penting sudah sholat karena kami tidak bisa mengawasinya terus. Mengaji mungkin bisa setiap hari. Namun hanya sebentar. Itulah beberapa alasan yang membuat kami mantap memondokkan anak.
Kami yakin dipondok sholatnya selalu terjaga. Semua sudah dijadwal dengan teratur. Sholat berjamaah, mengaji, belajar, sekolah, kegiatan pondok, dan lain sebagainya. Selain itu dipondok dan disekolahnya banyak kegiatan ekstra yang bisa diikuti sehingga santri bisa menyalurkan bakat dan hobinya. Futsal, sepak bola, fotografi, jurnalistik, bola volly, dan lain-lain
Selain ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum yang dipelajari di asrama pondok dan sekolahnya, santri belajar banyak hal. Diantaranya adalah
Kemandirian.Â
Hidup dipondok membuat anak jadi mandiri. Ia belajar dan akhirnya terbiasa mengurus kebutuhannya sendiri.Â
Misal mencuci dan setlika baju (walaupun sekarang banyak jasa laundry) namun anak tetap menyiapkan baju atau seragam yang akan dipakai. Kalau dirumah mungkin disiapkan oleh ibunya.