Setelah terdengar kabar Ma'e memiliki rumah baru, banyak tetangga yang tidak percaya. Pasalnya, Ma'e adalah seorang janda dengan empat anak yang masih kuliah dan mondok. Dan pekerjaan Ma'e hanyalah  Asisten Rumah Tangga (ART).
Daripada penasaran, Bu Titien--tetangga Ma'e---memberanikan diri bertanya kepada Ma'e ketika Ma'e  berkunjung ke rumahnya suatu sore.
Setelah Bu Titien mempersilakan Ma'e masuk, Ma'e menyerahkan satu sisir pisang kepok. Â "Bu Titien, ini pisang dari kebun saya!" Kata Ma'e.
"Berapa harga pisangnya, Ma'e?" Tanya Bu Titien sambil menerima pisang dari Ma'e.
"Tidak dijual, Bu. Gratis," jawab Ma'e sambil tersenyum.
"Sungguh, Ma'e?" Tanya Bu Titien seperti tak percaya.
Ma'e menggangguk.
"Terima kasih Ma'e. Silakan duduk dulu!" ucap Bu Titien.
Ma'e duduk di kursi tamu di dekat pintu.
"Sebentar ya Ma'e," kata Bu Titien sambil membawa pisangnya ke ruang dalam.
Tak lama kemudian Bu Titien ke luar. Ia membawa nampan berisi sepiring tahu isi.
"Mari dinikmati tahu isinya, Ma'e!" kata Bu Titien setelah meletakkan nampan di atas meja tamu.
Ma'e mengambil satu buah tahu isi.
"Ini saya bikin sendiri," kata Bu Titien.
 "Bismillah!" Ucap Ma'e sebelum memakannya. Ma'e mengunyah tahu  isinya.  "Hmm... lezaaat. Gurih bawang putih dan aroma segar daun bawang dan pedas mericanya terasa.  Manis asinnya pas." Ma'e memberikan testimoni.
"Alhamdulillah. Ini saos sambalnya kalau Ma'e mau pedas," kata Bu Titien sambil menyodorkan saos sambal botolan.
"Terima kasih,Bu!"
"Oh ya...kabarnya Ma'e bangun rumah baru." kata Bu Titien sambil membetulkan letak duduknya di kursi tamu.
"Benar Bu. Saya bangun rumah baru di desa."
"Kalau boleh tahu...habis berapa biayanya?" Tanya Bu Titien dengan nada hati-hati.
 "Biayanya sekitar 30 juta," jawab Ma'e setelah menghabiskan tahu yang berisi daun bawang, rajangan wortel dan bihun goreng.
"Sekarang Ma'e kaya ya?"
"Tanah kavling yang di Blok C desa Taman..saya jual Bu. Dan hasilnya sekitar 30 juta saya gunakan untuk membangun rumah type 42 di desa."
"Uang 30 juta mana cukup untuk membangun rumah sebesar itu? Paling tidak 50 juta habis untuk membangun rumah type 42 lengkap dengan fasilitas kamar mandi, WC dan listrik PLN."
"Saya banyak dibantu kerabat suami  di desa. Ada yang membantu makanan untuk tukang. Ada yang  memberi kayu untuk daun pintu. Mandornya sendiri  kemenakan saya."
"Oh begitu," kata Bu Titien menanggapi.
"Dan lagi rumah saya belum ada plafonnya, Bu. Tetapi kami berencana untuk memasang sendiri plafonnya. Kslau sudah ada dana," jawab Ma'e.
"Mau pasang plafon sendiri?" Tanya Bu Titien heran.
Â
"Ya Bu. Septic tank dan plesteran lantai teras saja saya dan anak-anak yang mengerjakannya. Maklum dana minim."
"Hah?" Bu Titien kelihatan semakin heran.
"Ya mau bagaimana lagi? Orang tidak punya dana yang cukup. Â Yang penting, sekarang kami sudah punya rumah sendiri yang kokoh dan nyaman"
"
"Alhamdulillah." Sahut Bu Titien.
"Soal tampilannya belum bagus itu urusan nanti."
"Oh ya. Apakah Ma'e masih bekerja di rumah orang,?" Tanya Bu Titien.
"Tidak, Bu. Sekarang saya banyak di rumah  mengerjakan pekerjaan rumah dan berkebun."
"Masih berjualan madu Ma'e?"
"Ya Bu. Saya masih berjualan madu dan berdagang kecil-kecilan. Yang penting saya sudah  berikhtiar  mencari karunia-Nya seoptimal mungkin. Laris atau tidak bukan urusan saya.  Karena yang  menggerakan hati pembeli adalah Allah azza wa jalla.  Penghasilan saya memang relatif kecil sekarang.. Tetapi Allah selalu mencukupi kebutuhan saya setiap  hari. Alhamdulillah setiap ada suatu keperluan Allah selalu memenuhinya."
Beberapa menit kemudian Ma'e pamit pulang.
Sebelum Ma'e meninggalkan ruang tamu Bu Titien membawakan bungkusan berisi beberapa buah  tahu isi kepada Ma'e.
"Terima kasih, Bu. Assalamualaikum!" Ucap
Ma'e sambil berjalan ke luar ruangan.
"Wa'alaikum sallam!" Jawab Bu Titien .
Ma'e  berjalan kaki menuju rumahnya sambil  hatinya berdzikir, solawat dan istighfar. Sekali-sekali Ma'e  berdoa , "Ya Allah. Berilah aku rezeki yang  halal. Berilah aku limpahan  kemurahan-Mu. Sehingga tak  mengharapkan  kepada selain dari-Mu."
Sepuluh menit kemudian Ma"e tiba di rumahnya. Setelah mengucapkan salam dan anak-anak Ma'e  menjawab salam, Ma'e memasuki rumahnya. Lalu Ma'e membuka bungkusan yang berisi  tahu isi dan  mengeluarkan isinya. Belum sampai lima menit tahu isinya ludes.  Karena  anak-anak Ma'e langsung  menyerbunya..
Bondowoso, 7/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H