Mohon tunggu...
Ummu Fatimah
Ummu Fatimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Do the best

Speak your idea for the better future

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moderasi Beragama sebagai Hasil Paradigma Berpikir

14 Januari 2023   19:20 Diperbarui: 14 Januari 2023   19:32 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua penganutnya sangat dianjurkan untuk berbuat baik kepada siapapun dimanapun dan kapanpun, berbuat baik disini termasuk bersikap adil, bersosialisai, tolong menolong dll. Hal-hal ini dilakukan baik pada sesama penganut agamanya dan juga penganut agama lain dengan batasan aktivitas tersebut tidak memasuki ranah atau aspek ibadah dari agama lain. 

Berdasarkan standart ini bahkan mampu mewujudkan masyarakat dengan berbagai latar belakang agama menjadi masyarakat yang bersatu dan hidup harmonis yang dapat dilihat pada peradaban Islam di kota Granada dan Cordoba sebagai salah satunya sekitar pertengahan abad 16 dalam naungan negara Khilafah Islamiyah

 TOLERANSI HARI INI

Pemaknaan toleransi hari ini bisa dibilang jauh panggang dari api. Hal ini dikarenakan beberapa faktor 1) distandarisasi oleh manusia; 2) tidak adanya batasan yang jelas sehingga cenderung mencampur adukkan agama ; 3) merubah perbedaan menjadi persamaan. 

Hal ini jelas bukan makna toleransi yang hakiki. Karena bukannya membangun empati antar perbedaan yang ada tetapi justru menginginkan perbedaan itu sirna. Hal ini dapat dilihat dari adanya pandangan pluralisme yang disuarakan. Pada pandangan ini semua agama dianggap benar, padahal ketika hal ini dilakukan justru hilanglah indepensi dari umat beragama tersebut yang mana hal ini sangat berbahaya bagi aqidah mereka. Walhasil yang terjadi bukanlah toleransi tetapi pencampur adukan agama

PARADIGMA BERPIKIR 

Moderasi beragama pada hakikahtnya lahir dari pemahaman sekuler yang ada di dalam benak masyarakat. Sekuler sendiri adalah memisahkan kehidupan dari agama sehingga tidak boleh dalam pemecahan problematika kehidupan digunakan solusi agama didalamnya. Padahal ketika ditelesik ulang agama adalah hal yang lahir dari Pencipta Alam Semesta yang telah diakui kesempuranaannya. Sehingga ketika agama memiliki solusi atas segala permasalahan yang ada dalam ranah public hal ini menjadi sesuatu yang wajar. 

Sekaligus hal yang wajar bagi Islam sebagai agama yang membahas seluruh aspek kehidupan memiliki tata cara pemecahan masalah yang paripurna. Selain itu penerapan agama ini bukan karena keinginan politisasi kekuasaan dan jabatan. Akan tetapi sebagai wujud konsekuensi keimanan yang dimiliki oleh kaum muslimin. Ketika memahami bahwa Allah sebagai Pencipta sekaligus Maha Pengatur maka pengaturan atas segala aspek kehidupan manusia hendahnya dikembalikan lagi pada bagaimana yang Tuhannya kehendaki. 

Apalagi melihat fakta bahwa ketika sistem selain Islam diterapkan di dunia justru mengakibatkan kerusakan yang terjadi diberbagai belahan dunia dalm segala aspek kehidupan termasuk adanya perpecahan dalam masyarakat. Akan tetapi hal ini memang tidak akan terjadi ketika paradigma berpikir yang ada di masyarakat adalah Kapitalisme yang dibangun atas asas sekuler. Karena asas ini akan melegalisasi rasa toleransi yang sarat akan kepentingan dan hawa nafsu tanpa menghasilkan rasa keadilan apalagi persatuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun