Mohon tunggu...
Mya Wuryandari
Mya Wuryandari Mohon Tunggu... Freelancer - momblogger

ibu yang senang belajar, suka menulis, tertarik pada dunia pendidikan dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Akhmad Sobirin Bersama Gula Semut Jadikan Semedo Semakin Manis

15 Oktober 2023   23:04 Diperbarui: 15 Oktober 2023   23:39 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyaknya Petani Penderas Sobirin, begitu ia disapa, seringkali mendengar kabar yang membuatnya miris setiap kali ia pulang ke desanya. Ada orang meninggal karena jatuh saat menderes nira, ada juga gulanya tak laku dan dijual murah dan terbelit utang oleh tengkulak. 

Hal ini kemudian yang membangun motivasinya untuk memantapkan diri melakukan sesuatu yang bisa memperbaiki kondisi. Mengingat banyaknya petani penderas di desanya, maka Sobirin berpikir tentang bagaimana meningkatkan nilai jual dari hasil jerih payah para petani penderas serta perajin gula kelapa ini. 

Banyumas sendiri adalah penghasil gula kelapa terbesar di Asia. Ironisnya, nasib perajinnya tak menentu. Sebelumnya, selama berpuluh tahun masyarakat Semedo hanya mengolah nira menjadi gula jawa saja, yang harga jualnya tidak tinggi. Apalagi jika diperdaya oleh para tengkulak, perajin gula justru malah terlilit hutang.

Permintaan Gula Semut 

YT satu Indonesia
YT satu Indonesia

Saat gula semut kristal sedang booming di tahun 2011, Sobirin kemudian mencoba mengenalkan gula semut ke petani dan perajin kelapa nira. Ia memelopori dan mengajak masyarakat di desa Semedo untuk memproduksi gula semut yang harganya jauh lebih tinggi daripada gula cetak yang biasanya mereka produksi. 

Tentu saja tidak mudah. Sebab banyak persoalan yang membelit para petani dan perajin. Namun melihat permintaan yang tinggi terhadap gula semut terutama dari pasar luar negeri, utamanya di Amerika dan Eropa, maka menguatkan langkah Sobirin mewujudkan mimpi membawa perubahan pada Semedo. Ia berjuang mensosialisasikan keunggulan gula semut serta memberi pelatihan pembuatan gula semut dari dapur ke dapur. Perlahan, perajin gula merah yang awalnya pesimis, tergerak untuk mencoba mengubah produksi mereka menjadi gula semut. 

Tahun 2012, gula semut sudah mencapai harga Rp 15ribu sedangkan gula cetak hanya Rp.9rb. Selisih harga ini mampu memotivai para perajin gula untuk beralih produksi ke gula semut, alih-alih gulacetak. Meski memakan waktu yang lebih lama, tapi rupiah yang dihasilkan juga lebih banyak. Produksi gula semut pun dimulai. 

Mula-mula hanya setengah ton, kemudian pada 2013 memproduksi enam ton perbulan. Setahun setelahnya, mencapai 15 ton --yang merupakan produksi terbanyak. Tiap bulan setidaknya produksi gula semut di kisaran 10 ton saat itu. Tahun 2017, akhirnya Gula Semedo 98 persen diekspor, dua persen masuk ke pasar retail, toko online, dan toko oleh-oleh. Para petani dan perajin pun kebanjiran pesanan dari Amerika dan Eropa. 

Menumbuhkan Semangat Berusaha 

Instagram Semedo Manise
Instagram Semedo Manise

Penduduk dari Desa Semedo rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pasalnya, banyak dari mereka yang berpikir bahwa sekolah tinggi-tinggi tak ada gunanya karena nantinya mereka akan kembali bekerja di ladang. Sobirin menceritakan, 

"Bahkan yang berkuliah di UGM hanya dua orang thok, lho. Teman saya ada yang masuk jurusan pertanian, tetapi dia akhirnya bekerja di bank. Sudah gitu kebanyakan anak muda di desa saya memutuskan untuk merantau, kerja di luar kota. Akhirnya desa saya ya tetap tertinggal," 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun