"Aku menyukaimu, aku juga tertarik dengan semua tentangmu. Hanya saja aku tidak percaya diri dapat berdiri di sampingmu," ucap Bell suatu ketika setelah dirinya menerima lamaran dari Leon.Â
"Aku tidak peduli tentang apapun, selain dirimu. Kau adalah gadis pertama yang kujumpai di Violta dan aku menyukaimu sejak saat itu." Laki-laki itu terus saja mengoceh meyakinkan perempuan di hadapannya.Â
"Tapi dulu kau hanya seorang Pelaut menyebalkan." Bell mencoba mengelak perasaannya sendiri. Hatinya yang berbunga-bunga masih saja dia sembunyikan.
"Setidaknya aku membekas di pikiranmu, bukan?" Satu kalimat itu menyentil sisi hati kecil Bell. Sialnya dia kali ini gagal menyembunyikan senyumannya. Leon benar, dia begitu membekas di benak Bell.Â
Kabar seorang Lady dari pulau jauh mendapat lamaran dari sang Pangeran yang melepaskan gelarnya menjadi pembicaran hangat di seluruh penjuru ibu kota kerajaan. Tidak semuanya benar dan tidak juga keseluruhan salah. Leon hanya meninggalkan gelar putra Mahkota saja sementara waktu karena raja juga tidak pernah berniat mencabut gelar itu dari dirinya. Gelar Duke Landgrass juga akan tetap jadi milik keluarganya dan mungkin akan segera jadi milik Bell.Â
Issabell de Colta dari Violta, putri seorang Baron Colta yang kaya raya di sebuah pulau yang jauh. Akan menikah dengan sang pangeran di musim semi tahun ini.
"Apa sekarang kau merasa gugup, Bell," goda Rossie. "Apa kau tahu, jika banyak orang salah mengira jika aku adalah kau. Aku pikir kita tak semirip itu. "
"Kalian kembar," ucap sang Ayah. "Kau terlalu sering melupakan hal itu, Ross."
Rossie merenggut. Ucapan sang ayah memang benar, sejak kecil dia tidak mau jika disamakan dengan Bell, sehingga dia tidak pernah menyebutkan jika Bell adalah kembarannya, melainkan saudarinya.Â
Musim semi akan datang dalam waktu satu bulan. Semua persiapan sepertinya sudah hampir selesai. Namun Bell dan Leon tidak pernah bertemu dalam waktu yang lama.
"Hari ini kau akan mulai tinggal di istana, bukan?" Rossie penasaran.Â