Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bell dan Rossie | Episode 12

8 September 2024   10:33 Diperbarui: 19 September 2024   19:49 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lusi menarik tangan Bell.  Perempuan memastikan tidak ada seorangpun di luar sana. Kemudian dia bercerita bagaimana keadaan di Violta sejak Bell dan Rossie pergi beberapa bulan lalu. Ayah Bell dan Rossie hanya bangsawan kelas menengah yang kaya raya, tapi keluarga mereka masih dalam tekanan sang gubernur yang merupakan mantan Jenderal Kekaisaran. Karena menolak menikahkan Bell atau Rossie pada Gubernur,  Ayah Bell dan Rossie kemudian menikah dengan adik sang Gubernur.  Sejak satu bulan pernikahan, semua harta keluarga sudah berpindah kepada istri barunya. 

Sang Gubernur memerintahkan agar siapapun untuk menangkap Bell dan Rossie jika terlihat di Violta.

"Bagaimana keadaan Ayah saat ini?"

"Saya tidak tahu pasti keadaan Tuan Baron saat ini, tapi yang jelas beliau tidak baik-baik saja. Pergilah dari Violta,  Nona. Tempat ini sudah tidak aman untukmu."

Tepat tengah malam sebuah kapal besar bersandar di dermaga. Tidak banyak orang yang menyaksikan saat bersejarah itu. Sebuah kapal Kekaisaran yang mewah yang hampir saja merobek dermaga tua itu. 

Tidak seorangpun tahu jika sang Pangeran baru saja menginjakkan kaki di tanah Violta. 

"Apa Yang Mulia akan datang ke kastil Gubernur Violta? Saya akan langsung menyampaikan jika---" 

Leon mengangkat tangannya memberi isyarat agar pelayannya itu diam.

"Maaf atas ketidaksopanan saya," ucap pelayan itu lalu pergi.

Leon menatap daratan Violta dan menarik napas dalam, ada rasa rindu yang memenuhi dadanya. Matahari masih lama, tapi lelaki itu tidak dapat menunggu. 

"Nona Bell," bisik Lusi membangunkan Bell. "Seseorang ingin menemui Anda." Sorot mata Lusi menggambarkan kekhawatiran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun