Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bell dan Rossie | Lampion Festival

27 Juni 2024   22:46 Diperbarui: 27 Juni 2024   22:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa taman memang seindah ini?"

Bell menoleh memastikan orang yang berbicara adalah seseorang yang dia kenali. Benar itu adalah suara Leon.

"Apa kau tidak sibuk?" tanya Leon. 

"Maaf Tuan, saya itu di sini bekerja, " Bell sengaja berbicara dibuat-buat untuk meledek Leon. Lelaki itu hanya tertawa. Tentu saja Bell tengah mengerjakan banyak pekerjaan karena dia memang dibayar untuk itu.

"Apa kau mau pergi ke festival  akhir pekan besok?" Sebuah kalimat yang berujung ajakan itu dengan mudah di tolak oleh Bell. 

"Aku tidak lagi mempunyai jatah libur. Semua jatah liburku sudah kuganakan kemarin."

"Sayang sekali. Tapi bukankah malam hari kau tidak sibuk. Kita pergi saat matahari mulai terbenam." Leon tidak mudah menyerah tapi Bell juga tidak mudah digoyahkan. 

Akhir pekan yang dibicarakan itu tiba. Bell tidak dapat pergi, dan Leon tetap pergi berjalan-jalan menyusuri ibu kota kerajaan yang ramai tak terkira. Tujuannya hanya satu tempat yaitu Galeri. Tempat itu tidak akan penuh sesak atau bahkan bisa sesepi biasanya.

"Apa kau tidak ada kehidupan lain selain mengangguku?" Rossie protes akan kehadiran Leon di galeri malam itu.

Leon hanya diam dan sesekali mengehela napas kasar.

"Kau kenapa?" Rossie mencoba mencari tahu.

"Aku tidak berhasil membawa Bell ke festival," ujarnya singkat.

Rossie hanya menahan tawa mendengar kalimat yang baru saja keluar dari Tuan Duke yang terhormat itu. "Bell tidak suka dengan keramaian. Itu yang harus kau ingat. Kembalilah ke Mansion. Bell mungkin tengah memantikan lampion-lampion itu diterbangkan."

Leon mengerutkan dahi. "Bagaimana aku percaya perkaraanmu?"

"Aku saudarinya. Dan aku tahu betul, Bell begitu memimpikan festival ini, dia tidak mau pergi bukan artinya dia tidak ingin lihat!"

Leon berpikir sejenak, menatap langit lalu kemudian beranjak pergi. "Akan kutambah gajimu bulan depan," ucapnya sambil lalu. 

Lampion-lampion kertas sudah mulai mengudara, dari kejauhan terlihat kerlipnya. Indah, begitulah kata yang berulang kali terucap oleh bibir mungil Bell. Gadis itu sedang berada di titik tertinggi Mansion, gadis itu sudah jauh-jauh hari meminta ijin pada kepala pelayan dan Tuan Viscount dan bersyukurlah dia sekarang di tempat itu. 

"Apa aku boleh bergabung?" ucap Leon dari balik kegelapan.

"Bukankah kau pergi ke festival?" Bell tidak percaya lelaki yang gigih membujuknya untuk pergi bersama ke festival itu kini ada di hadapannya. 

"Tentu saja aku pergi. Di sana sangat ramai, aku tidak begitu suka keramaian, "ucapnya ragu.

"Sayang sekali.  Padahal aku ingin banyak mendengar soal festival itu."

"Kau bisa pergi. Kenapa menunggu seseorang menceritakannya?"

Bell terdiam.

"Apa kau suka lampion-lampion itu?" Leon menunjuk titik-titik yang mulai meninggi di atas bangunan ibu kota.

"Ya, seperti bintang namun dapat kulihat dengan lebih jelas."

"Apa kau mau mencoba menerbangkannya juga?"

Bell terdiam. Mencerna tiap kata yang terucap dari lelaki di depannya itu. "Apa maksudmu?"

Leon mengeluarkan dua buah lampion dari balik tangannya. "Aku membelinya."

Keduanya lalu menerbangkan lampion itu. Meninggi dan terus tambah tinggi menuju langit yang gelap dan dingin namun kemudian terjatuh entah di mana.

"Terima kasih, Leon." 

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun