"Kau kenapa?" Rossie mencoba mencari tahu.
"Aku tidak berhasil membawa Bell ke festival," ujarnya singkat.
Rossie hanya menahan tawa mendengar kalimat yang baru saja keluar dari Tuan Duke yang terhormat itu. "Bell tidak suka dengan keramaian. Itu yang harus kau ingat. Kembalilah ke Mansion. Bell mungkin tengah memantikan lampion-lampion itu diterbangkan."
Leon mengerutkan dahi. "Bagaimana aku percaya perkaraanmu?"
"Aku saudarinya. Dan aku tahu betul, Bell begitu memimpikan festival ini, dia tidak mau pergi bukan artinya dia tidak ingin lihat!"
Leon berpikir sejenak, menatap langit lalu kemudian beranjak pergi. "Akan kutambah gajimu bulan depan," ucapnya sambil lalu.Â
Lampion-lampion kertas sudah mulai mengudara, dari kejauhan terlihat kerlipnya. Indah, begitulah kata yang berulang kali terucap oleh bibir mungil Bell. Gadis itu sedang berada di titik tertinggi Mansion, gadis itu sudah jauh-jauh hari meminta ijin pada kepala pelayan dan Tuan Viscount dan bersyukurlah dia sekarang di tempat itu.Â
"Apa aku boleh bergabung?" ucap Leon dari balik kegelapan.
"Bukankah kau pergi ke festival?" Bell tidak percaya lelaki yang gigih membujuknya untuk pergi bersama ke festival itu kini ada di hadapannya.Â
"Tentu saja aku pergi. Di sana sangat ramai, aku tidak begitu suka keramaian, "ucapnya ragu.
"Sayang sekali. Padahal aku ingin banyak mendengar soal festival itu."