Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Unavailable Love | Bagian 1

15 Maret 2024   21:42 Diperbarui: 15 Maret 2024   22:42 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Edit pribadi melalui Canva

"Ada apa?" tanya Wulan ketus.

Maya memamerkan barisan gigi putihnya yang sedikit berantakan. Dia baru saja sampai di rumah Wulan setelah mereka janjian bertemu musabab ada hal penting yang ingin Maya sampaikan.

"Kenapa sih, May?" Wulan makin penasaran. "Mending ke psikiater deh sana. Udah nggak waras kayanya lo sekarang."

"Abang lo ganteng, yah?" ucap Maya tiba-tiba. 

Wulan mengerutkan dahi. Terkejut. Gadis itu langsung menyentuh dahi Maya. "Kayanya lo beneran butuh pertolongan, deh. Minimal sekarang lo ke klinik."

Maya hanya tersenyum.  Dan senyumnya semakin melebar ketika Bintang keluar dari rumah mengenakan jaket Hitam menenteng helm dan ransel di punggungnya. Seakan ada sorot lampu yang mengikuti pemuda itu hingga ke dalam mobilnya. Maya yang saat itu tengah duduk di teras hampir lupa untuk menarik napas dan berkedip hingga Bintang lenyap di balik pintu mobil.

"Sadar, woy!" Wulan mencubit pipi Maya. "Nggak perlu segitunya, deh. Kak Bintang itu nggak cocok buat lo, dia itu jahat!"

Baca juga: End (Bagian 1)

"Nggak. Dia ganteng," sangkal Maya.

Wulan sadar jika memang banyak gadis yang tersihir oleh ketampanan kakaknya. Tanpa tahu jika kakaknya jika di rumah seperti musuh baginya. Bintang berusia 3 tahun lebih tua dari Wulan. Saat ini Wulan dan Maya sama-sama kelas 3 SMA dan akan segera lulus. Sedangkan Bintang, dia sudah sekolah di luar negeri sejak masuk SMA hingga kuliah. Tapi dua minggu lalu Bintang memutuskan untuk pulang dan melanjutkan kuliahnya di dalam negeri saja. 

Alasannya Kangen. Kabar buruk untuk Wulan yang sudah tenang karena merasa jadi anak tunggal beberapa tahun. Berbeda dengan Bintang yang jenius, Wulan tergolong siswa yang biasa saja. Prestasi terbaiknya adalah masuk 10 besar di kelas. Wulan anak yang ceria dan mudah bergaul, tapi baginya hanya Maya teman sejati. Sedangkan Bintang? Dia pendiam, tertutup dan sulit ditebak. Sejak pulang, Bintang dan Wulan bahkan belum bertegur sapa. 

"Ayolah kenalin gue ke kakak lo," pinta Maya.

Wulan hanya melirik saja ke arah Maya. Tatapannya sungguh tak enak dipandang.

"Oke, kalau lo nggak mau biar gue tiap hari dateng ke rumah lo, biar gue ketemu sama kakak lo."

"Gue nggak peduli, " ucap Wulan ketus.

Beberapa hari kemudian Wulan yang tidak satu kelas dengan Maya tiba-tiba datang menghampiri Maya yang tengah beristirahat setelah bermain basket.

"Katanya lo mau sering ke rumah gue? Kok baru dua hari udah nyerah?"

Maya menatap sayu wajah Wulan. "Gue udah capek duluan padahal belum satu minggu," ucapnya.

Mendengar hal itu Wulan tertawa. "Sudah kuduga. Emang cewek mana yang betah sama Kakak gue."

"Tenang,  gue bakal datang lagi, kok. Cuma sekarang masih belum ada niatan."

Maya benar-benar membuktikan ucapannya. Selama satu minggu penuh dia selalu datang setelah jam sekolahnya selesai. Antara jam 4 atau jam 5 sore. Tapi hasilnya nihil, dia sama sekali tidak melihat Bintang.

"Kalau hari Minggu, apa gue harus datang lebih pagi biar lihat Bintang?"gumam Maya. 

"Kalau mau lihat Bintang, harusnya kamu datang malam?" ucap ibunya. "Makan yang benar, jangan  melamun! Nanti kamu kesambet."

Maya hanya mendengus kesal. Tapi ucapan ibu ada benarnya. Setelah menghabiskan makan malamnya,  Maya bergegas meninggalkan rumah hingga lupa berpamitan pada sang ibu. 

"Lo ngapain bertemu jam 9 malam? Lo nggak punya jam?"ucap Wulan kesal.

Maya hanya tersenyum memamerkan barisan gigi putihnya. "Bintang, ada?" ucapnya kemudian. 

"Barusan dia pergi."

"Kemana?" Maya terdengar kecewa. 

Wulan mengedikkan bahu. "Mana aku tahu. Lagian ini udah malem, lo pulang sana! Nanti ibu nyariin." Dengan sekuat tenaga Wulan mendorong Maya untuk keluar meninggalkan halaman rumahnya. Tapi Maya menolak dan memberontak.

"Kalian ngapain?" Mendengar kalimat itu seketika keduanya membeku.

Itu adalah Bintang. Baru saja pulang setelah membeli minuman dari minimarket tak jauh dari rumahnya. 

"Gue tanya, kalian lagi ngapain malam-malam gini?" 

"Galak banget," ucap Maya dalam batinnya. Tanpa menjawab sepatah katapun, Maya pergi meninggalkan Wulan dan Bintang. Begitu juga dengan Bintang,  tanpa mengulang atau bertanya hal lain, dia langsung meninggalkan Wulan sendirian. 

Waktu mungkin bergerak terlalu cepat. Tanpa mau menunggu siapapun untuk sejenak rehat. Maya kini jadi perempuan dewasa yang tengah berjuang di tengah masyarakat modern. Usianya kini 24 tahun dan dia sekarang adalah karyawati sebuah toko retail. 

"Lo nanti datang, ya please!" ucap seseorang dalam sebuah pesan suara. Itu adalah suara Wulan. Besok dia berulang tahun dan berharap Maya akan datang. Seperti ada adegan film yang tayang kembali di kepalanya.  Hari-hari di mana dia masih begitu teguh pendirian untuk mengejar Bintang.  

Hari di mana Wulan berulang tahun. Maya memberikan sebuah kado boneka yang dibuat sendiri olehnya dengan kain perca. Saat acara buka kado di mulai seorang gadis cantik membuka kado dari Maya dan mengejeknya habis-habisan.  Gadis itu katanya adalah pacar Bintang. Cantik. Sebatas itu penilaian Maya. 

Hingga ulang tahun berikutnya,  Maya sudah menabung hampir satu tahun untuk membeli sebuah tas untuk Wulan, tapi ternyata tas itu palsu. Untuk kesekian kalinya Maya dipermalukan di acara ulang tahun Wulan. Hingga dia tidak lagi datang setiap kali Wulan mengundangnya. 

"Di sana bukan tempatku," ucapnya pada diri sendiri setelah teringat kejadian tidak menyenangkan itu. Maya menyimpan kembali ponselnya dalam kantong celemeknya.

Hari ini ada banyak sekali barang yang harus dia bersihkan. Gudang terlalu banyak debu dan barang-barang yang harus dipindahkan.

"Katanya manager baru hari ini mau survei, ya?"

"Mampus gue, kemarin gue salah input data," gumam Maya. 

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun