Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Batin Melati

20 Oktober 2023   20:29 Diperbarui: 21 Oktober 2023   13:51 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melati menatap Jaka tajam. "Itu adalah hasil dari apa yang Mas lakukan. Bukankah selama kita menikah, Mas tidak pernah memberiku uang?"

"Tapi kau tidak pernah kekurangan, bukan? Kau makan dengan layak, pakaianmu bagus. Di mana letak syukurmu?"

"Ya, aku bersyukur karena tidak kelaparan tinggal denganmu. Tapi---" suara Melati melemah, air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya. "Apa makna rumah tangga menurutmu, Mas?"

"Aku tidak peduli, Dek. Dan aku harap kamu mengerti. " 

Tidak ada yang dimengerti Melati. Dari semua ucapan Jaka yang dia mengerti hanya jangan mengatakan pada siapapun. Hingga hari terus berganti dan tahun terus berlalu. Melati berubah jadi orang lain. Dia sering berbicara sendiri, di setiap kesempatan dia benar-benar mengatakan apa yang ada di dalam hatinya. Tidak ada tawa, hanya rupa datar yang menahan sakit. Hingga puncaknya saat anak mereka berusia 10 tahun. Jaka menceraikan Melati. Alasannya klasik, Jaka takut jika Melati mengamuk, Jaka sungguh menilai Melati sebagai orang gila. Selama menikah dengan Melati,  Jaka menjual kayu, sawah atau apapun itu tanpa sepengetahuan Melati. Tidak pernah sekalipun Melati menerima uang dari Jaka. Melati tidak pernah berani bertanya ke mana uangnya atau dari mana lagi uang itu. Tapi dalam hati Melati sungguh takut jika suaminya berselingkuh dan dia sudah berjanji tidak akan mengatakan apapun yang terjadi di dalam rumah mereka. Semua Melati pendam sendiri, hingga akhirnya apa yang dia pendam itu keluar dengan sendirinya. Jiwa Melati terganggu. Tanpa ada yang bercerita, orang-orang sudah tahu jika ada luka yang dalam di batin Melati tapi perempuan itu tidak pernah mengatakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun