Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Batin Melati

20 Oktober 2023   20:29 Diperbarui: 21 Oktober 2023   13:51 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja dia 'Melati'. Gadis lagu dengan paras menawan,  kaki jenjang dan berkulit sawo matang. Usianya belum genap 15 tahun saat dia menikah. Ya, dia sudah menikah. Pada masa itu perempuan dikatakan layak menikah adalah ketika sudah terlihat berbadan besar. Umur tidak jadi patokan. Tidak ada yang menikah setelah usia 20. Pada usia 20 anak mereka mungkin sudah dua atau tiga. Miris memang.

Budaya patriaki masih sangat kental pada masa itu. Di mana lelaki mempunyai kuasa tertinggi baik di dalam ataupun di dalam rumah. Melati hanya sebuah pajangan. Istri yang hanya melakukan tugasnya di rumah saja. Mengurus dapur, sumur dan tentunya kasur. Melati perempuan yang sangat patuh dan taat terhadap orang tua dan tentunya suaminya. 

Hari itu Melati memergoki sang suami yaitu Jaka, tengah menerima sejumlah uang dari seseorang. Melati tidak sengaja keluar rumah. Hari itu matahari sudah bersembunyi langit menggelap dan suasana sunyi. 

Baca juga: Menjadi Tua

"Siapa, Mas?" tanya Melati ketika suaminya memasuki rumah.

"Kamu tidak perlu tahu." Jaka mengambil sarungnya lalu pergi meninggalkan Melati. Ini sudah kesekian kalinya Melati melihat Jaka menerima sejumlah uang dari seseorang. Dan dia juga sebenarnya sudah tahu uang apa itu. Tapi perempuan itu hanya diam menunggu sang suami mengatakan. Hingga tengah malam Jaka baru pulang dan menghampiri Melati yang belum tidur.  Matanya enggan terpejam mengingat suaminya yang tidak pernah terbuka terhadapnya.

"Kamu bilang apa ke Bapak dan Ibu?" Jaka menatap Melati tajam.

Melati mengerutkan dahi. "Apa maksudmu, Mas?"

"Kamu tidak perlu mengatakan apapun yang terjadi di rumah ini kepada siapapun, Dek."

Baca juga: Aku Ingin Pergi

"Asal Mas tahu, aku nggak pernah bercerita apapun ke orang tuaku," tegas Melati. 

"Orang-orang di luar mengejekku. Mereka mengatakan bahwa aku orang pelit dan itu orang tuamu yang bilang."

Melati menatap Jaka tajam. "Itu adalah hasil dari apa yang Mas lakukan. Bukankah selama kita menikah, Mas tidak pernah memberiku uang?"

"Tapi kau tidak pernah kekurangan, bukan? Kau makan dengan layak, pakaianmu bagus. Di mana letak syukurmu?"

"Ya, aku bersyukur karena tidak kelaparan tinggal denganmu. Tapi---" suara Melati melemah, air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya. "Apa makna rumah tangga menurutmu, Mas?"

"Aku tidak peduli, Dek. Dan aku harap kamu mengerti. " 

Tidak ada yang dimengerti Melati. Dari semua ucapan Jaka yang dia mengerti hanya jangan mengatakan pada siapapun. Hingga hari terus berganti dan tahun terus berlalu. Melati berubah jadi orang lain. Dia sering berbicara sendiri, di setiap kesempatan dia benar-benar mengatakan apa yang ada di dalam hatinya. Tidak ada tawa, hanya rupa datar yang menahan sakit. Hingga puncaknya saat anak mereka berusia 10 tahun. Jaka menceraikan Melati. Alasannya klasik, Jaka takut jika Melati mengamuk, Jaka sungguh menilai Melati sebagai orang gila. Selama menikah dengan Melati,  Jaka menjual kayu, sawah atau apapun itu tanpa sepengetahuan Melati. Tidak pernah sekalipun Melati menerima uang dari Jaka. Melati tidak pernah berani bertanya ke mana uangnya atau dari mana lagi uang itu. Tapi dalam hati Melati sungguh takut jika suaminya berselingkuh dan dia sudah berjanji tidak akan mengatakan apapun yang terjadi di dalam rumah mereka. Semua Melati pendam sendiri, hingga akhirnya apa yang dia pendam itu keluar dengan sendirinya. Jiwa Melati terganggu. Tanpa ada yang bercerita, orang-orang sudah tahu jika ada luka yang dalam di batin Melati tapi perempuan itu tidak pernah mengatakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun