"Aku sudah tidak tahan lagi." Kakek tua bangkit menuju mulut gua yang terjal ke dalam.
"Hei, kuda! Keluarlah! Di luar sana banyak rumput dan air!" teriaknya.
Artur tertawa. Dia sudah hampir dua jam mencari cara agar kudanya mau keluar. Tapi tetap gagal. Bagaimana bisa kalimat Kakek tua itu akan membujuk dua ekor kuda. Tapi Artur salah. Dua kuda itu berlari keluar dengan cepat setelah Kakek tua merampungkan kalimatnya. Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa? Mustahil?
"Hiduplah dua ratus tahun. Agar kau bisa menyamaiku!" ucap Kakek tua sombong. Sesekali tangan kirinya menepuk puas lengan Artur.
"Apa Kakek tahu kita ada di mana?"
Kakek Tua itu melihat sekeliling. Tanah bebatuan dengan pohon besar menjulang tinggi. Tidak ada tanaman paku atau liana. Hanya ada pohon besar seringgi menara. Tinggi sekali.Â
"Ini Hutan Penyesalan!"[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H