"Apa kalian sebelumnya dekat? Aku lihat kalian acuh sekali."
Baik Nath dan Artur tidak menjawab.
"Baiklah-baiklah aku tidak akan ikut campur urusan kalian. Aku tidak punya waktu. Monster itu mungkin akan menghadang kita. Jadi persiapkan diri kalian. Aku tidak mau terluka karena kalian lemah."
Nath mendengus. Kakek tua itu semakin menyebalkan.Â
"Hei anak muda!" tunjuk Kakek tua pada Nath. Gadis itu menunjuk dirinya. "Iya kau siapa lagi?" Kakek Tua itu menaikan nada bicaranya. "Sembunyikan mana dan energi batu rubi di tanganmu itu!"
"Kenapa?"
"Aku tidak mau mati sia-sia." Kakek Tua memalingkan wajahnya pada kuda yang dia tuntun jalannya.
Dengan sedikit bantuan dari Artur, Nath berhasil menyembunyikan mana elemen dan energi batu. Tidak sempurna, tapi itu lebih baik. Dari kejauhan terlihat setitik cahaya putih. Itu jalan keluar. Kaki mereka harus berusaha keras melangkah. Ini tumpukan batu sedimen yang cukup tajam. Terjal dan rapuh. Sedikit saja salah melangkah, mereka akan tergelincir. Kakek tua sudah sampai di mulut gua di ikuti oleh Nath. Artur masih berupaya menolong dua kuda yang sedari tadi terlihat tidak nyaman dengan jalan itu.Â
"Apa ada yang bisa saya bantu?" teriak Nath.
"Tidak! Cepatlah keluar, aku akan membawa kuda-kuda ini keluar secepatnya!"
Menyusuri gua yang gelap ternyata lebih mudah dan cepat dari pada membujuk kuda. Nath dan Kakek Tua sudah lelah berjalan dan kini lelah menunggu Artur membawa keluar kuda-kuda itu.Â