"Baiklah aku tidak akan mau berbicara denganmu!"
Waktu istirahat telah usai. Mereka melanjutkan perjalanan. Kakek Tua memimpin di depan. Tanpa tongkat, ia berjalan bungkuk mengikuti bola cahaya yang melayang maju.Â
"Cepatlah, Nak! Sepertinya waktu kita tidak banyak di dalam gua ini,"
Bletak
Sebuah batu jatuh dari dinding gua. Ini tidak bagus. Semua orang menoleh ke arah suara. Mereka saling tatap.
"Apa ada yang mengikutimu?" Kakek Tua menatap tajam Artur. Laki-laki itu menggeleng.
"Aku sendiri."
"Kau yakin?"
Artur mengangguk.
"Baiklah, percepat langkah kalian. Kita harus keluar sebelum mereka sampai!"
Lantai gua yang tadinya batuan basah dengan air semata kaki. Kini berubah dengan lumpur. Ini tidak bagus. Langkah mereka semakin sulit belum lagi dua kuda yang salah satunya terluka. Berkali-kali si Hitam menolak untuk melangkah hingga Nath harus menariknya paksa.Â