"Sudahlah."
"Maaf, Yang Mulia." Salah seorang pengawal dengan tubuh tegap berdiri di depan pintu kereta.
"Ada apa, Tuan?" Elle menggantikan Julia.
"Tuan Duke Crimson menawarkan untuk Anda istirahat di kastil keluarga Crimson."
"Hujan akan segera turun, Tuan Putri." Wajah rupawan Rez terlihat cerah seketika menampakkan diri di sisi sang pengawal.
"Saya tidak mau ada gosip tentang saya esok hari."
Hujan yang sangat lebat turun. Jalanan yang sudah berlumpur itu kini juga tergenang air. Kereta kuda mereka sudah tidak mungkin lagi dapat berjalan.Â
"Maaf Yang Mulia. Sepertinya Tuan Duke masih menunggu Anda. Beliau bahkan tidak peduli dengan hujan yang mengguyur tubuhnya."
"Ayolah, Tuan Putri. Di sana pasti ada keik atau secangkir teh." Elle tidak menyerah untuk membujuk Julia.
Tangan Julia sudah membeku begitu juga dengan wajahnya. Beberapa tetes air hujan sedingin es membasahi wajah dan pakaiannya. Julia lupaa jika sang penjahit berada di wilayah kediaman Crimson. Rez yang dingin dan tidak mudah ditebak itu menggendong Julia hingga mereka dapat bersama-sama menaiki seekor kuda. Kereta sangat tidak mungkin. Laki-laki itu jika dari dekat tercium aroma sitrus. Tidak lagi lavendel atau kayu manis. Tubuh Julia sungguh tidak mampu mengendalikan diri. Jantungnya hampir melompat ke dalam genangan air jika tidak ditahan oleh si pemilik. Berkali-kali Rez bertanya, Julia hanya diam membisu.
"Anda baik-baik saja, Yang Mulia?"Â