Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Julia (Bagian 18: Menginap Tanpa Rencana)

29 Juli 2023   10:51 Diperbarui: 29 Juli 2023   10:58 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Julia memang tidak akan kekurangan makanan. Tapi, penampilan seorang Putri harus nomor satu. Gaun pilihannya tidak akan menarik lagi saat sang putri terlihat buncit.

"Aku mulai membenci kehidupan ini," bisik Julia.

Matahari yang tergelincir ke Barat menjadi tanda bahwa waktunya bersama sang Raja telah usai. Lelaki berjanggut putih itu telah meninggalkannya sepuluh menit lalu.

"Berhentilah mendengus, Yang Mulia. Setelah ini kita akan ke tempat penjahit. Dia adalah penjahit terkenal di kerajaan. Dahulu Yang Mulia Ratu---" Elle mengehentikan kalimatnya. "Maaf Tuan Putri," ucapnya terdengar menyesal.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Elle! Kita memang harus mencari penjahit lain. Kita ke pinggiran kota saja. Aku tahu penjahit yang mungkin lebih bagus dari penjahit ibu kota."

"Apa kita tidak akan pulang terlambat?" Elle mengamati langit di luar yang mulai meredup.

"Aku tidak tahu. Tapi kuharap kita memang pulang terlambat."

Kereta kuda dengan bendera kerajaan itu melaju membelakangi ke mana matahari akan kembali. Semakin meredup dan menggelap. Sedang Elle mulai gelisah, Julia justru semakin bersemangat. Menatap tiap bintik-bintik berkilau di langit. Puncak kelabu aroma arang kayu manis yang tersiram air. Melihat langit dengan sudut pandang yang bagus dan hati bahagia.

Tapi kedamaian itu tidak bertahan lama ketika kereta kuda yang mereka tumpangi itu terperosok ke dalam lumpur yang bahkan tidak terlihat oleh kusit karena terbatasnya pandang. Soalnya hujan turun begitu Julia dan Elle keluar dari dalam kereta. Memaksa mereka kembali.

"Aku mendengar helaan napasmu memakiku, Elle."

"Sungguh tidak, Yang Mulia. Maafkan saya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun