"Cinta hanya akan membuat kita lemah! Sebaiknya Anda jangan pernah mencintai saya. Karena itu bisa membuat tanah yang Anda pijak runtuh."
Perbincangan itu berakhir dengan dingin. Selepas berpamitan Nath menaiki kereta yang telah di siapkan. Nath duduk berhadapan dengan Artur. Jendela yang menyajikan pemandangan matahari yang mulai bersembunyi menjadi pilihan gadis itu menatap. Hanya Anna dan Jeremy yang ikut. Dua orang itu duduk di kereta lain yang mengikuti di belakang.Â
Dingin semakin tidak masuk akal setelah kereta-kereta itu meninggalkan gerbang utama kastil. Nath mulai menggosok-gosokkan telapak tangannya yang tertutup sarung tangan. Suhu dingin telah memasuki kereta mereka. Berulang kali Nath melakukan nya dengan sesekali ia meniup tangannya hingga kabut putih terlihat menyembul.
"Apa kau bodoh? Bukankah kau dapat membuat api dengan satu jentikan jari? Untuk apa kau melakukan hal tidak berguna itu?"
Nath terkejut. Laki-laki di hadapannya tidak lagi bicara formal.Â
"Saya tidak mau membakar kereta Anda yang mahal.!"jawab Nath ketus. Sekali lagi Nath mengulangi perbuatannya menggosokkan kedua telapak tangannya.
"Bodoh!" gumam Artur kemudian membuang muka ke arah lain. Kereta terus berjalan perlahan. Perjalanan dari Carperia menuju Grastle tidak lama. Setelah melewati hutan mereka akan masuk sebuah terowongan sihir yang akan membawa mereka langsung ke kastil. Hanya butuh waktu dua jam. Namun itu seakan hampir membunuh Nath karena kedinginan.Â
Selama satu jam perjalanan mereka hanya diam, Artur telah sibuk dengan buku dan Nath sibuk menghangatkan diri yang menurut Artur adalah sia-sia. Nath tersadar. Laki-laki di hadapannya itu sama sekali tidak kedinginan hanya dengan bajunya yang satu lapis tanpa mantel. Begitu juga sang kusir yang duduk di luar tengah mengendalikan kuda.Â
Nath menarik ujung sarung tangan nya. Mulai mengalirkan mana elemen api-hangat. Percikan api tiba-tiba muncul dan mengagetkan gadis itu. Nath tersungkur dengan kepala nya menabrak dinding kereta.Â
"Kau baik-baik saja?" tanya Artur tanpa bergeming dari duduknya.Â
Nath diam, "Inikah sifat asli para bangsawan? Menyebalkan!" gumamnya.