"Apa kau salah satu dari dua budak yang datang malam tadi?"
"Budak? Entahlah! Tapi aku sungguh tidak mau di tempat ini. Aku harus kabur dulu, tunggu---"
"Apa?"
"Adikku masih ada di sana," tunjuk Julia pada kastil yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Samar-samar terdengar suara seseorang mendekat. "Gawat!" Laki-laki itu menarik tubuh Julia dan tentu kudanya juga untuk menjauh. Setelah beberapa meter laki-laki itu menaiki kudanya. "Naiklah!" Perintah laki-laki itu sembari mengulurkan tangan.Â
Tubuh Julia sudah tidak lagi seperti makanan yang terbungkus, kain itu hanya sembarang menutup saja. "Baikklah! Bantu aku."Â
Kedua orang itu bergerak menjauh dari sungai itu hingga setelah matahari meninggi keduanya sampai di sebuah bangunan megah seperti mansion, atau saking besarnya itu seperti kastil.
"Apa ini rumah Anda?" ucap Julia. Matanya kesana ke mari mengamati sekeliling. Laki-laki itu turun dari kudanya, seorang lelaki tua berpakaian pelayan menghampiri mereka. "Selamat datang Tuan. Utusan dari istana sudah tiba pagi tadi," ucap lelaki tua itu.
"Baiklah! Katakan saya akan segera menemui mereka."Laki-laki tua itu kemudian pergi bersama seorang laki-laki lain yang kemudian membawa kuda itu pergi.
"Apa Anda orang penting?" tanya Julia.
"Tidak juga! Maaf jika tidak sopan. Saya belum mengetahui nama Anda."