Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Winter Lily: Sebuah Kabar Tak Terduga (bagian 20)

15 Juli 2023   22:05 Diperbarui: 15 Juli 2023   22:06 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayah!" ucap Nath.

"Ada hal penting apa?" 

Bibir Nath bergetar. Udara dingin benar-benar telah merasuk ke dalam tubuh hingga tulangnya seperti akan membeku. Alex menghampiri Nath dan menyentuh pipi gadis itu. Sedingin es. 

"Maaf! Ayah sedang mengurangi pelindung di kastil ini karena perang di perbatasan akhir-akhir ini."

Nath hanya diam. Jawaban itu lebih dari cukup dari pertanyaan yang sudah ia susun namun belum sempat ia tanyakan. 

"Duduklah dekat perapian, kau putar mana elemen api mu di tangan. Kau akan segera menghangat!"

"Tapi---" Nath menatap Alex ragu. "Bagaimana dengan rakyat di luar sana? Pasti sangat kedinginan," ucapnya dengan suara lirih.

"Kau tidak perlu khawatir. Mereka sudah diungsikan. Karena mungkin saja pasukan negara lawan juga akan memasuki wilayah Carperia---bukan hanya di perbatasan."

"Apa kerajaan tidak akan membantu kita?"

Alex menghela napas. "Siapa yang bisa berperang di Carperia yang semakin mendingin?"

"Apa saya boleh menyusul, Kak Noah dan Kak Lucas,  Ayah?"

Raut wajah Alex berubah. 

"Maaf, Ayah! Saya memang telah berjanji akan tetap tinggal di dalam kastil. Tapi ... Saya tidak bisa tinggal diam ketika negara saya membutuhkan bantuan."

Baju zirah ia tanggalkan. Rambut dia urai. Rasanya bahagia. Tidak perlu lagi merasakan sakit yang teramat karena perubahan warna mata dan rambut itu. Gaun cantik telah dia kenakan. 

Dia tidak punya darah Alexander Carperia, tapi dia hidup di Carperia. Dengan cara Carperia. Racun atau ilmu pedang adalah kekuatannya. Dan dia adalah Putri Gradiana, dengan 5 elemen mana yang sangat langka. Tapi hanya bisa diam terkurung dalam kastil yang tinggi di ujung pulau yang dingin dan membeku.

Nath memasuki ruangan. Helena tengah duduk menunggunya. Senyuman yang hangat menyambut anak gadisnya itu. 

"Ibu merindukanmu, Sayang!"

Nath diam. Mengamati seorang dayang merapikan alat makan dan menyiapkan satu persatu sajian di hadapannya.

"Bukankah kau terlalu keras terhadap dirimu sendiri?"

Nath meraih air hangat di depannya. "Tidak, Ibu! Aku senang." Suaranya terdengar lemah

"Apa baju zirah itu sekarang jadi kesenangan untukmu? Ibu sudah cukup pusing dengan masa-masa Noah membunuh para kesatria. Apa kali ini kau juga akan seperti dia?"

"Ibu---"

"Datanglah besok ke jamuan. Kita akan menerima tamu. Dia seorang Duke muda."

"Besok aku---"

"Tidak ada latihan di hari besok!"

Nath menunduk. Kecewa.

Nath termenung di dalam kamarnya. Banyak pertanyaan yang belum sempat di lontarkan di jamuan makan malam hari ini. Tapi ibu yang mendadak di cari oleh kepala pelayan membuat Nath tidak mempunyai waktu. 

Tamu?

Mendadak?

Bagaimana dengan rambutnya? Bukankah kabar soal warna rambut dan matanya itu tidak boleh sampai tersebar? Atau Ibu telah lupa akan pesan Ayah?

Sebelum matahari menampakan wajahnya, Anna telah mengetuk pintu kamar Nath. Membuyarkan semua mimpi yang tengah tayang di dalam pikirannya. Perempuan itu membawa 4 orang pelayan dengan tugasnya masing-masing. Masih dengan mata yang terpejam Nath sudah di dandani, berganti gaun dan memakai wewangian. Itu seperti jamuan yang sangat penting. Katanya hanya satu orang, tapi ibu terlalu berlebihan menyuruh para dayang dan pelayan mendandani anak gadisnya itu. Pikir Nath.

Langkahnya berat menuju ruang tengah mencari Jeremy. Laki-laki itu tidak ada. Hanya ada ruangan kosong dengan aroma bunga yang kuat. Ada apa? Tidak seperti biasa. Para pelayan juga sibuk sepanjang lorong. Tapi kenapa begitu sepi di aula tengah.

"Tidakkah seseorang melihat Jeremy? Dasar gila! Aku bicara dengan siapa?" gumam Nath.

"Nona sudah besar dan sekarang tampak seperti Carperia sejati." Suara yang tidak asing itu memecah lamunan Nath. Dia adalah orang penting dalam hidupnya. Dia adalah Rosaline. Pengasuhnya.

"Ibu ...!" Nath berlari menghampiri wanita setengah baya itu. 

Wajahnya semakin tua. Keriput di bawah matahya semakin terlihat jelas. Tapi kehangatan dari pelukannya tetap sama. 

"Aku dengar akan ada tamu penting yang datang hari ini, apa itu benar?"

Nath mengangguk. "Iya! Semua orang sibuk. Apa Ibu tahu siapa tamunya?" ucap Nath sedikit berbisik.

Rosaline tersenyum. "Entahlah! Mungkin saja dia laki-laki tampan dengan pedang dan bermata biru . Datang untuk menemui satu-satunya Putri Grand Duke." 

"Apa maksud, Ibu? Itu tidak masuk akal!"

Pembicaraan itupun berakhir. Seorang pelayan menyampaikan kabar jika tamu yang di tunggu telah tiba. Ah ternyata yang datang bukanlah  rombongan seperti keluarga Duke yang lain. Ini hanya satu buah kereta kuda bermotif daun maple di setiap sisinya dengan dua pengawal dan satu orang pelayan. Semua laki-laki. Seorang pemuda usia 20 tahunan keluar dari balik pintu kereta kuda bermotif daun maple. Gagah dan terlihat tampan. Nath tidak peduli. Dia tahu siapa Duke muda itu. Seorang yang tiba-tiba menyebalkan.

"Senang bertemu Anda, Duchess," ucap pemuda itu sambil membungkuk dan mencium tangan Helena.

"Selamat datang, Tuan Duke. Saya mewakili Grand Duke menyambut Anda. Semoga kami dapat menjamu Anda dengan baik."

Setelah basa-basi itu semua orang memasuki kastil. Nath termasuk. Gaunnya telah berubah dengan baju zirah. Meskipun telah di larang oleh sang ibu---Nath tetap melakukan nya.

Mungkin perang itu hanya di rasakan oleh Carperia. Padahal, Carperia adalah bagian dari Gradiana, tapi apa Raja sekarang sudah tutup mata dan justru akan mengambil pilihan dengan menyetujui Flowerina sebagai sekutu dan akan membantunya dalam perang itu....

"Apa yang membawa Anda datang ke  Carperia yang dingin?"

Ruang makan 10 x 10 meter itu lengang. Hanya ada angin mengendap diantara celah-celah jendela yang terbuka. Ini bukan sarpan bagi Nath. Bukan juga makan siang. Tapi bagi tamu--- ini adalah makanan pertamanya sejak dua hari dua malam nya. 

"Bukankah pertanyaan itu terlalu kejam untuk di ucapkan kepada tamu?" ucap laki-laki itu. Santai.

" Tuan Artur ... Anda tahu jika saya tidak lupa siapa Anda, bukan?"

Artur menghentikan gerakan sendoknya. " Tentu saja. Saya sudah tahu jika Anda mengingat saya. Karena kalau Anda tidak mengingat saya--- Anda pasti tidak akan kabur dan mengganti gaun Anda dengan baju zirah."

Nath terdiam. Laki-laki benar. Ruangan dengan nuansa biru muda dan emas itu kembali lengang. Ini bukan kali pertama Artur datang ke kastil Carperia. Karena halaman belakang kastil adalah tempatnya bermain di kala kecil dahulu. Tapi kedatangannya sekarang cukup serius. Kunjungan yang sudah di beritakan sejak satu minggu yang lalu itu merupakan kunjungan balasan. Setelah Alex datang tiga bulan lalu karena undangan Artur.

Artur atau Nathan adalah orang yang sama. Alex sudah tahu fakta itu. Artur menceritakannya sendiri. Kabar Flowerina akan mengirim bala bantuan di perbatasan sudah sampai di telinga Alex. Itu bukan kabar baik. Mengingat Gradiana harus membayar nya dengan menikahkan Claire dengan pangeran dari Flowerina.

Artur mulai membuka kata. Maksud dan tujuan dia datang sudah di ketahui oleh Grand Duke. Dan keputusan tetap di tangan Nath. Artur akan menikahi Nath.

"Saya tidak bisa menjawabnya sekarang?"

"Saya tahu---ini terlalu mendadak dan betapa tidak sopannya saya meminta Anda menerima tawaran saya untuk menikah sedangkan kita baru beberapa kali bertemu---"

"Tidak bukan itu!" Nath meletakan sendok di tangannya dengan keras mengenai bagian tepian piring. Gadis itu terang-terangan menolak pernikahan politik itu. Dan itu adalah awal dari kerumitan yang akan dia hadapi sebentar lagi. Artur berdeham. Laki-laki yang juga bagian dari guild rahasia Gradiana itu ingin memberikan waktu bagi perempuan di hadapannya itu berpikir.

"Saya memberi Anda waktu satu minggu," ucap Artur. Laki-laki itu tahu jika Vederick telah bersiap mengirim utusan ke Carperia untuk meminta Nath jadi tunangannya. Dan tanpa Vederick tahu, Arthur telah mendahuluinya melalui Grand Duke.

"Apa Lady mau berlatih pedang bersamaku sore nanti?" ucap Artur sebelum meninggalkan ruangan itu.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun