"Kakak adalah Julia Rossettini---Kakakku!" tegasnya.
"Jul---"
"Julia!"
Itu adalah kejadian tiga bulan lalu. Julia sebagai Kakak tertua harus menanggung utang seseorang yang mereka panggil Ayah. Seorang dengan utang dua kotak emas pada seorang bangsawan tamak. Julia harus membayar sepuluh keping koin perak setiap harinya. Jika mereka rutin membayar mungkin sebelum tua hutang mereka akan lunas---karena bunga yang diberikan terlampau tinggi dan Julia terlalu miskin.
Julia adalah salah satu pelayan di toko roti. Gadis itu akan mendapatkan 15 keping koin perak setiap harinya. 10 di antara harus dia setorkan pada preman yang selalu mendatanginya di persimpangan jalan. Preman itu adalah kaki tangan bangswan tamak. Tidak! Orang itu lebih mirip rentenir dibandingkan seorang bangsawan dengan sebuah gelar terhormat.
Setelah matahari tergelincir di Barat, Julia berganti profesi. Dari pelayanan toko roti dengan celemek berdebu putih menjadi seorang pencuci piring di sebuah restoran. Hingga waktu tutup, Julia bekerja lebih dari 5 jam satu hari--- 40 jam dalam satu minggu.
"Sepertinya fisik Julia tak sekuat Yuri," gumam Julia sembari memijat pundaknya sendiri.
"Orang miskin harus bekerja keras---kau tahu itu, bukan?" ucap salah seorang teman yang juga tengah sibuk dengan gelas di tangannya. Nasibnya tidak lebih dari Julia, hanya laki-laki belasan tahun yang sempat dijadikan budak.Â
Julia tersenyum kecut. Telapak tangannya telah mengeriput---lelah telah di kesampingkan. "Apa kau tahu siapa nama Putri negeri ini?" tanya Julia. Anres laki-laki yang tengah bekerja bersamanya itu terdiam. Pertanyaan macam apa yang gadis di depannya itu ucapkan. Mana mungkin ada yang tidak tahu nama dari calon ratu mereka.
"Apa kau bercanda?"Â
Julia menggeleng. "Apa aku terlihat sedang bergurau?"