Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Julia (Bagian 4: Kehidupan Baru)

14 Juli 2023   21:00 Diperbarui: 14 Juli 2023   21:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kakak bicara apa?" ucap anak laki-laki itu kebingungan, "aku Dimitri. Keluarga mu satu-satunya. Apa karena kepala Kakak terbentur dan hilang ingatan," sambungnya.

"Dimitri---"

Yuri melihat sekelilingnya. Redup. Hanya ada sebuah lampu minyak menempel di dinding kayu. Setiap sudut di kelilingnya dengan dua bola matanya yang baru saja terbuka. Tidak ada kipas angin atau televisi hanya ada meja kecil dari kayu yang lapuk, tempat tidur yang keras dan tiga lemari dengan ratusan buku tertata rapi. Ada juga lemari kecil setinggi bocah laki-laki itu berdiri tepat di samping pintu. Ini bukan kamarnya, bukan juga rumah sakit. Tempat ini seperti perpustakaan tapi juga tampak seperti rumah. Tidak ada sekat atau apapun.Atau mungkin dia terdampar di sebuah pulau terpencil, pikir Yuri.

"Kakak, minumlah ini. Obat ini akan membantumu lekas sembuh." Tangan kecil anak itu menyodorkan sebuah mangkuk kecil dengan beberapa bagianya sudah retak dan gompal. 

Yuri meraih mangkuk itu dan menghisap sedikit cairan hitam di dalam mangkuk---pahit. Tak dapat di jelaskan pahitnya hingga lidahnya mati rasa setelah.

"Obat apa ini?"

"Ini obat racikan Kakak. Apa Kakak lupa," Bocah kecil itu menunjuk sebuah kotak kayu yang terletak di atas meja."Kakak selalu memaksaku meminum ini jika aku sakit!" 

Bocah itu memajukan bibir mungilnya. Dia bocah kecil yang tampan dengan rambut pirang dan matanya yang kebiruan.

"Aku mau buang air kecil." Yuri menyibak kan kain yang menghangatkan nya. Gadis itu terperangah sejenak. Pakaian apa yang ia kenakan. Apa ini baju tidur yang usang? Apa ini gaun yang sempat jadi kain pel. Tangannya meraba-raba. "Ini sungguh bajuku?"

"Kenapa? Itu memang pakaian Kakak," bocah itu tertunduk. "Aku tidak bisa menggantikan pakaian Kakak yang basah. Membawa Kakak pulang saja, susah payah aku lakukan," ucapnya terdengar sedih.

"Sebenarnya aku siapa?" Yuri melihat tangannya yang terlampau putih dan rambutnya yang panjang dan pirang. Dapat terlihat hanya dengan menariknya ke hadapan. Panjang---tiga kali lipat dari panjang rambutnya terakhir kali ia bercermin. "Di mana aku sekarang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun