"Sepertinya Nona ingin sendiri."
"Oh! Baiklah."
Anna tersenyum kemudian membungkuk. "Saya ada di kamar saya jika Anda membutuhkan saya."
Jeremy membalasnya dengan senyuman.
Tidak ada suara lain. Selain suara deru kereta yang tengah berjalan melewati hutan. Menembus kabut menerjang hujan. Nath masih terdiam dalam kesunyiannya di atas kasur empuknya. Sesekali menatap jajaran pepohonan yang seolah berlarian meninggalkan mereka. Jeremy memutuskan untuk menemui Nath di hari berikutnya. Selepas Anna mengantarkan sarapan. "Bolehkah saya masuk, Nona?" ucap Jeremy seraya mengetuk pintu.
"Masuklah!"
Jeremy membuka pintu kecil yang hanya muat satu orang itu. Membungkuk memberi salam.
"Ada apa?" tanya Nath
Kamar itu tidak seluas kediaman Duke atau bahkan asrama yang biasa Jeremy tempati saat di Carperia. Tentu saja. Itu hanya gerbong kereta api yang di ubah jadi sebuah ruangan dengan tempat tidur. Hanya ada ranjang kecil. Tapi cukup untuk seorang beristirahat. Kecil untuk ukuran bangsawan. Ada sebuah meja di samping jendela dengan dua kursi sebagai pendampingnya.Â
"Apa yang menggangu pikiran Anda, Nona!" ucap Jeremy selepas menutup pintu.
Nath meletakkan cangkir tehnya. Tangannya beralih, memaksa Jeremy mendekat. Nath mengeluarkan sebuah benda berwarna merah dari tangannya. Dari dalam telapak tangan tepatnya.