"Bangunlah, Lily," ucap Beatrice sambil memeluk Nath. "Kau harus bangun, Nak." Gadis itu mengerjapkan matanya, dilihatnya sosok yang tidak asing---perempuan berkulit putih dan halus menyentuh pipinya. Wajahnya terlihat sedih dan berkali-kali menyebut nama Lily.
"Ya ... Yang Mulia ..., " ucap Nath terbata-bata.
"Akhirnya kau sadar, Sayang," Beatrice memeluk lebih erat tubuh Nath. Membawa Nath dalam dunia mimpi. Di mana para iblis yang ingin menguasai Nath tidak dapat masuk. Mana yang Nath miliki, sebagian adalah Mana bawaan dari sang ibu; Ratu Beatrice. Orang yang begitu merindukan anak perempuannya itu menganggap kalau ini adalah kesempatan; di mana hanya ada dia dan anaknya di satu waktu tanpa siapapun. Kesempatan yang dia sendiri tidak pernah memikirkan sebelumnya.
Beatrice terus memeluk erat Nath hingga Nath sendiri berusaha melepasnya.
"Maaf---" ucap Nath menyesal setelah melepaskan pelukan sang Ratu.
"Aku yang seharusnya minta maaf padamu. Aku---" Beatrice menghentikan kalimatnya.
"Apa yang ingin Yang Mulia katakan?"
Keduanya terdiam dalam hening ruang hampa yang dipenuhi oleh kabut putih dan aroma jeruk.
"Akulah yang sudah membuatmu dalam bahaya." Beatrice menghapus air matanya. Membuka luka lama bukanlah sesuatu yang mudah.
"Saya tidak masalah jika Anda belum siap berbicara,"