Di tempat lain. Noah, Lucas dan beberapa prajurit tengah berlari memasuki hutan. Mereka sedang mengejar penyusup yang memasuki istana sebelum Debutante dimulai.
"Apa kau terluka?" tanya Noah pada adiknya. Serangan yang baru saja Lucas lancarkan gagal. Justru dirinya yang tersungkur.
"Tidak, Kak! Aku baik-baik saja. Penyusup itu sepertinya sudah sangat terlatih---bahkan bisa menghindari seranganku."
Pergerakan mereka semakin cepat. Kedua orang itu menerobos gelapnya hutan di malam hari; penyusup itu benar-benar tangguh. Tepat di ujung hutan adalah sebuah pemukiman penduduk. Tempat yang tidak tepat jika harus bertarung. Lucas yang mempunyai kecepatan di atas rata-rata itu mencoba mendahului si penyusup. Lelaki itu berusaha sangat keras. Hingga akhirnya Lucas dapat mendahului orang dengan jubah hitam itu. Ada sebuah kotak di tangannya. Lucas melihatnya dengan jelas. Mereka saling bertatapan. Mata mereka sama; merah.Â
Lucas mengarahkan pedangnya ke arah penyusup berjubah itu. Dialirkannya energi api ke ujung pedang hingga mengeluarkan kilatan.
"Dasar pecundang. Apa ini yang Alex ajarkan pada anaknya." Penyusup itu menyeringai. Di bawah cahaya bulan yang menembus rimbunnya hutan.
Penyusup itu seorang lelaki dengan mata merah dengan luka di wajahnya.
Di tangkisnya pedang Lucas dengan tangan kosong. Tanpa terluka tangan orang itu menggenggam ujung pedang Lucas lalu mengalirkan energi api itu berbalik ke si empunya.
"Mana level 3 tidak akan bisa melukaiku." Dengan sisa tenaga, Lucas mencoba melawan namun jelas orang itu lebih kuat. Lucas terlempar jauh ke dalam semak-semak. Sedangkan orang itu menghilang di balik kegelapan.
"Lucas! Di mana kau?" teriak Noah. "Anak payah!" teriaknya lagi.