"Tidak Sayang, bunganya sangat bagus. Aku terharu."
Seseorang bertubuh tegap tiba-tiba menghampiri ruang makan itu dengan suara sepatunya yang keras menyentuh lantai. Mengerikan. Langkah yang terburu-buru itu seperti akan memecah granit yang dipijaknya. Laki-laki lalu membungkuk di hadapan Raja. "Panglima Xier menghadap Yang Mulia Raja," ucap laki-laki itu sambil bersimpuh dengan satu lututnya di atas lantai.
"Bagaimana?" Suara Gabriel terdengar serius.
"Sudah kami di tangkap, Yang Mulia. Dia adalah anggota dari menara sihir ujung pulau Alphouse. Pengguna elemen angin sehingga kedatangannya tidak terdeteksi di Gerbang Timur."
"Hmm.. pergilah, jangan membuat gadis cantik ini ketakutan," ucap Gabriel mengakhiri.Â
Nath menelan ludah. Laki-laki itu memang sangat menyeramkan.
"Bagaiamana musim di Carperia? Apa masih sangat dingin?" Beatrice menghentikan ketegangan.
Nath menghentikan gerak sendoknya. "Carperia selalu dingin, Yang Mulia,"
Sang Raja tertawa. "Tentu saja. Bagaimana kau bertanya seperti itu, Sayang. Apa kau suka tinggal di tempat itu?"
"Tentu saja. Itu rumah saya." Nath tersenyum. Matanya menelisik setiap jengkal ruangan bernuansa gading itu. "Kalau boleh saya bertanya-tanya, apa tidak ada tamu lain yang akan datang?"
"Harusnya, Claire, Vederick dan dua kakakmu hadir. Tapi sepertinya mereka sibuk pagi ini," jelas Beatrice.